Stockholm Syndrome, istilah yang keren. Seperti 2 + 2 = 5, istilah ini pun laku jadi inspirasi beberapa band dan film. Om saya Mathew Bellamy (ngaku – ngaku.com) dengan MUSE-nya pernah membuat lagu bagus di album absolution dengan judul “Stockholm Syndrome”. Band terkenal lain, Blink 182 juga pernah membuat lagu dengan judul tersebut. Bukan itu saja, selidik – selidik ternyata ada band amrik sana yang menggunakan “stockholm syndrome” sebagai nama bandnya. Trus makhluk seperti apa sih sebenarnya si stockholm syndrome ini?
Stockholm, Agustus 1973
Hari yang indah di kota tersebut berubah menjadi menakutkan setelah kawanan perampok berhasil menduduki sebuah bank dan mereka menyandera karyawan bank. Setelah disandera selama 5 hari, ternyata karyawan bank tersebut tidak menunjukan permusuhan atau kebencian kepada perampok yang menyanderanya. Bahkan sikap yang ditunjukan lebih terlihat sebagai sebuah simpati. Aneh bukan? ayo tebak… perampoknya yang hebat atau sanderanya yang goblok? Nah keganjilan inilah yang kemudian dikenal dengan nama “Stockholm Syndrome”.
Perampok menyandera tawanan, lalu memutus semua hubungan tawanan dengan dunia luar, kemudian tawanan mengalami stress berat karena hak kemerdekaan dan kebebasannya benar – benar terampas. Dalam ketidakpastian tersebut, sang penyandera kemudian memberikan bantuan kebutuhan hidup dasar dan sedikit pemahaman baru tentang kondisi baru sandera. Karena secara fitrah, manusia memerlukan teman komunikasi, dan yang ada hanya si penyandera, kemudian sudut pandang tawanan terhadap penyandera sedikit demi sedikit berubah dari musuh jadi teman.
Tingkat sindrom pada setiap kasus berbeda – beda, yang ringan dan romantis misalkan penculik dan tawanan kemudian saling jatuh cinta seperti yang sering kita lihat kisahnya disinetron atau film. Yang berat dan seram adalah seperti contoh kasus yang saya lihat di acara oprah beberapa tahun lalu, dimana seorang gadis diculik lalu dipenjara dalam bunker bawah tanah. Sang penculik hanya memberi makan dan minum selebihnya ia memanfaatkan sang gadis untuk kepuasan birahinya semata, dan itu berlangsung selama 13 tahun (kalo gak salah). Serem ya …
Untuk data dan pengertian yang lebih akurat silahkan search di google atau wikipedia.
Stockholm Syndrome di Indonesia
Saya yakin bahwa sindrom ini pun pasti pernah terjadi di kasus sandera menyandera di negeri ini. Mungkin tidak terekspos, penggunaan istilah lain atau apalah. Pihak kepolisian mungkin yang lebih mengetahuinya.
Beberapa bulan lalu, saya tersesat ke forum detik, secara tidak sengaja bertemu salah satu kasus sindrom ini. Konon seorang artis pendatang baru keturunan bule pacaran sama seseorang. Setelah mereka pacaran, pihak keluarga sang artis melihat perubahan sikap pada putrinya. Ia lebih mementingkan pacarnya, jarang pulang dan semua selalu serba pacarnya. Pihak keluarga menuduh sang pacar telah menculik putrinya dan sang putri terkena stockholm syndrome ini. Hahaha… sangat subjektif sekali
Stockholm syndrome di sekitar kita
Salah besar jika mengira bahwa sindrom ini tidak ada disekitar kita. Mungkin sindrom dengan ilustrasi kasus seperti diatas akan jarang ditemukan. Tapi bagaimana dengan stockholm syndrome bentuk lain… Pemikiran, kebiasaan atau apapun yang bisa menculik lalu menyandera sebagian atau seluruh hidup kita kemudian kita merasa nyaman dengan si penculik dan kita ikut membela jika si penculik terancam, bukankah bisa disebut stockholm syndrome juga? Mau contoh? bagaimana dengan kemalasan, kebodohan, keterlambatan, rokok, narkoba atau pornografi? Ternyata banyak sekali sindrom ini disekitar kita
Rokok menyandera akal sehat kita secara perlahan, menyandera kesehatan dan keuangan. Saya yakin semua perokok dalam lubuk hati yang paling dalamnya menyadari bahwa merokok itu tidak baik. Ketika MUI mengeluarkan fatwa haram merokok, pro dan kontra terjadi…. bukti bahwa stockholm syndrome terjadi.
Narkoba, level lebih tinggi dari rokok, sehingga dampaknya lebih parah. Meskipun tidak ada pro dan Kontra mengenai bahaya narkoba tapi karena melihat jumlah pengguna yang tidak surut – surut, itu bisa menjadi bukti bahwa stockholm syndrome terjadi disini.
Pornografi, nah yang ini yang paling deket sama sobat blogger semua, tinggal pindah alamat sedikit kita bisa langsung terdampar pada blog – blog berlendir . Pro kontra? jelas! Bahkan sampai taraf undang – undang yang kebingungan pada batasan pornografi? Padahal islam telah memberi gambaran yang jelas tentang “aurat” dan “muhrim”. Stockholm syndrome lebih akut disini, karena pornografi tidak merusak secara langsung seperti rokok dan narkoba, tapi dia secara pelan dan lembut menyandera otak kita kepada titik dimana 24 jam dalam otak kita adalah porn. Kerusakan yang ditimbulkan pada otak dan sikap sangat dahsyat. Hi… serem.
Mohon maaf jika tulisan ini mulai melenceng, ternyata stockholm syndrome mulai menyerang saya, sudahan dulu sobat…. Hati – hati, stockholm syndrome disekitar kita!
sumber gambar : http://www.flickr.com/photos/bjurman/2461990920/sizes/o/in/photostream
Tidak ada komentar:
Posting Komentar