Oleh: Hedi NoviantoPSSI memanggil 45 pemain
gabungan dari Liga Super Indonesia (LSI) dan Liga Primer Indonesia
(LPI) untuk mengikuti seleksi tim nasional. Mereka yang terpilih
dipersiapkan tampil di Al-Nakbah International Tournament, Palestina,
bulan Mei mendatang. Menurut PSSI, keputusan ini dalam rangka
rekonsiliasi sepakbola nasional. Sebuah niat baik yang sungguh positif.
Namun
sayang, niat baik saja tak cukup. Pemanggilan yang tidak pas waktunya
dan aneh justru melahirkan pertanyaan apakah ini sebuah langkah panik
dari PSSI (setelah rival mereka KPSI juga memunculkan rencana membentuk
timnas sendiri)? Atau ini sekadar pencitraan yang dapat digunakan
sebagai permainan fakta dalam pertikaian PSSI vs KPSI?
Ajang
persahabatan di Palestina tersebut sebenarnya turnamen yang bagus karena
diikuti oleh tim kuat seperti Irak, Tunisia dan Uzbekistan. PSSI patut
dipuji karena memutuskan ikut ambil bagian. Namun, karena turnamen ini
tidak dilaksanakan pada kalender internasional FIFA yang resmi maka para
peserta dipastikan tidak tampil dengan para pemain seniornya, kecuali
tim Indonesia.
Sebagai informasi, setiap tahun FIFA memiliki 13
kalender internasional resmi. Di kalender inilah, setiap tim (senior) di
dunia akan bermain — entah di laga kualifikasi turnamen besar atau
hanya laga persahabatan (friendly) resmi. Pada masa kalender ini pula
setiap klub profesional wajib melepas para pemainnya yang dipanggil tim
negara masing-masing. Bila klub menolak, dijamin akan mendapat sanksi
keras dari FIFA.
Kalender internasional resmi yang terdekat pada
2012 ini adalah 1-5 Juni mendatang. Jadi sudah pasti, tim seperti Irak,
Tunisia dan Uzbekistan tidak akan bisa memanggil para pemain terbaiknya
yang berada di klub-klub profesional untuk bermain di Al-Nakbah
International Tournament. Vietnam yang akan ambil bagian pun sudah
memastikan bakal menurunkan tim U-19.
Kembali ke Indonesia,
sejumlah klub Liga Super sudah memutuskan untuk tidak melepas para
pemainnya. Dalih utama mereka: karena masih berada di tengah kompetisi.
Entahlah, apakah alasan pengelola klub itu juga didasari pemahaman
mereka mengenai masalah kalender internasional tadi.
Di satu
sisi, keputusan klub-klub itu dibenarkan. Mereka berhak menolak karena
ini bukan dalam rangka kalender internasional resmi. Adapun beberapa
pemain LSI yang dipanggil terkesan menolak karena dengan alasan normatif
mereka membela klubnya yang berada di bawah KPSI.
Kebiasaan PSSI
sejak lama yang sering mengacaukan kompetisi antarklub belum berubah
meski telah berganti rezim. Memanggil pemain ke tim nasional di tengah
kompetisi sungguh bukan keputusan profesional. Dan tidak lazim. Tim
nasional memang penting, tetapi kompetisi pun tidak kalah penting.
Di
kawasan yang sepakbolanya sudah maju, kompetisi klub akan libur sejenak
ketika tim nasional ada kegiatan (kalender internasional). Selain itu,
ada sponsor dan pihak ketiga lainnya yang juga perlu diperhatikan
kepentingannya.
Implikasi pemanggilan tersebut juga menjadi
panjang. Apakah itu berarti LSI yang selama ini diklaim sebagai liga
terlarang oleh PSSI dan juga FIFA berubah menjadi legal? Bila belum
berubah, bagaimana dengan status pemain tim nasional dari Liga Super?
Sah atau tidak? Artinya larangan LSI untuk berpartisipasi dalam kegiatan
PSSI yang selama ini ditegaskan menjadi mentah.
Tim Indonesia
yang akan tampil nanti ditangani Nil Maizar. Mantan arsitek Semen Padang
ini pelatih bagus. Tetapi masalahnya kapan Nil melakukan pemantauan
pemain yang jumlahnya mencapai lebih dari 30 orang itu dan berasal dari
dua liga pula. Betulkah daftar pemain yang dipanggil adalah berdasarkan
penilaian Nil?
Tentu saja senang melihat tim nasional berisi
pemain terbaik Indonesia. Namun manajemen PSSI juga perlu bekerja dengan
pengelolaan yang rapi sesuai aturan main. Jangan mengikuti PSSI lama
yang selalu bekerja asal-asalan. Sudah selayaknya PSSI lebih dulu
menyatakan apakah LSI legal atau tidak?
Jangan sampai hanya
mengakui para pemainnya (yang juga masih perlu diakui FIFA), tapi tidak
mengakomodasi klub-klub di LSI. Menambah masalah baru sungguh bukan
keputusan bijak demi sepak bola Indonesia.