MERDEKA.COM. Mbah Waginah (86) masih setia dengan radio merek Nasional-nya. Hampir 20 jam siaran radio itu terus berbunyi tanpa henti setiap harinya. Lagu-lagu campur sari dan siaran wayang kulit yang diputar tiap malam Minggu menjadi teman pengantar tidurnya.
"Ya wong nonton TV sudah ndak bisa. Cuma tinggal kuping yang masih bisa dengerin," ujar Mbah Waginah saat berbincang dengan merdeka.com di rumah anak keduanya di Bogor, Jumat (15/11) kemarin.
Mbah Waginah sejak 10 tahun lalu memang mengalami gangguan dengan kedua matanya karena dimakan usia. Nenek yang telah dikaruniai 13 cucu itu pun menjadikan radio yang tunning-nya telah disolasi itu sebagai teman setianya di usia senja.
"Pernah dibeliin yang bagus sama anak, katanya radio compo, bisa kaset tapi emoh. Yang ini wae, enteng, kecil, awet, suaranya juga masih apik," ujarnya.
Meski di Bogor, namun ada beberapa stasiun radio ternyata masih memutar lagu-lagu campur sari. Selain memutar lagu campur sari, penyiarnya juga menggunakan bahasa Jawa saat membawakan acara. Karena itulah mbah Waginah hampir tak pernah mematikan radio dual bandnya.
"Seneng kalau wayangan juga. Tapi di sini siaran wayang jarang, nek di Solo banyak," ujar Mbah Waginah yang sejak 15 tahun lalu tinggal di Bogor itu.
Radio bisa dibilang alat telekomunikasi tua. Lalu masih eksiskah radio saat ini? Benarkah radio masih berjaya di udara?
Radio memang tidak lengkang oleh zaman. Di era serba digital, radio ternyata masih eksis dan tetap memiliki penggemar setia. Mbah Waginah hanya salah satu potret pendengar radio yang setia hingga kini.
Penggemar radio pun tidak hanya kalangan mbah-mbah saja. Perusahaan penyiaran radio kini semakin mengikuti perkembangan zaman dengan menyiarkan acara dan tema yang disesuaikan zamannya.
Di tengah gempuran industri media-media baru berbasis internet, ternyata radio masih jaya di udara alias masih banyak memiliki pendengar setia. Bahkan, faktanya, 95 persen penduduk dunia masih mendengarkan radio.
Di era online, radio pun tidak mau kalah. Kini beberapa stasiun radio telah mengembangkan radio online atau radio streaming. Meski demikian ketenaran radio FM atau AM masih lebih populer ketimbang radio streaming atau radio satelit.
Fakta itu diungkapkan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dalam peringatan tahun kedua World Radio Day (Hari Radio Sedunia) pada Februari 2013 yang dimuat dalam laman Mashable pada Februari lalu.
Menurut data UNESCO, meski revolusi dunia maya yang berkecepatan tinggi dan prevalensi televisi dalam budaya saat ini begitu kuat, namun radio ternyata masih merupakan media yang sangat penting dan relevan, terutama di negara-negara berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar