Siapa yang tidak kenal dengan seorang yang telah berjasa dan bersusah payah melahirkan kita. Ibu adalah sesosok yang sakral dan paling dijunjung oleh kita sebagai anak yang berbakti. Bahkan ada istilah dahulukanlah perintah ibu, ibu dan ibu hingga tiga kali sekalipun. Kita sering mendengar bahwa surga ada ditelapak kaki ibu. Pengertian umum istilah ini mengindikasikan kita harus selalu berbakti, takut, tidak boleh melawan, tidak boleh berbuat durhaka dan lain sebagainya. Mungkin dalam keseharian istilah ini mengarah kepada seorang anak kepada ibunya. Jaminan surgamenjadi kesan yang menyenangkan bagi sang putra bila berbakti kepada ibu. Namun apa jadinya bila jaminan surga itu sebenarnya bukan saja buat sang anak melainkanjaminan untuk sang ibu sendiri? Apa mungkin dengan telapak kaki ibu yang dipijakinya adalah surga menjadi jaminan rumah masa untuk dirinya sendiri?.
Tergelitik dari pembicaraan saya dengan seorang bapak ketika berteduh di warung kopi di sebuah pinggir jalan Bandung. Ketika itu saya terbawa percakapan ringan dengan sang bapa yang juga sengaja berteduh dari guyuran hujan. Dua gelas kopi hangat pun menjadi teman kami.
Awalnya kita bercakap ringan dan berkenalan. Topik pembicaraan mulai dari korupsi, masalah sampah hingga cerita-cerita hantu atau horror. Tapi ada satu topik yang menarik pemahaman baru saya mengenai paradigma baru (buat saya mungkin ini hal yang baru). Berawal pertanyaan si bapak kepada saya: “De, Benarkah Surga di telapak kaki ibu?”, lalu : “menurut kamu apa artinya telapak kaki ada surga?buat siapa sebenarnya surga itu coba?”. Ketika itu aku menjawab dengan standard pertanyaan-pertanyaan itu dan yakin bahwa surga itu buat kita yang berbakti kepada ibu. Sang bapa itu tidak menyalahkan dan tidak juga terlalu membenarkan pernyataan saya itu. Namun beliau memberikan pandangan lain tentang surga ditelapak kaki ibu.
Sang bapa menjelaskan pandangan berbeda mengenai surga ditelapak kaki ibu,beliau menuturkan bahwa surga = jaminan 100% dari Tuhan untuk kaum perempuanyang dapat diibaratkan mereka tanpa melangkah selangkahpun sang ibu ini telah berada di surga. Kenapa bisa begitu? surga memang pantas mereka injak adalah para kaum perempuan yang berbakti dan setia sebagai ibu rumah tangganya kelak, melaksanakan kewajiban sang istri kepada suaminya, bangun paling awal pagi hari beribadah lalu membangunkan sang suami untuk beribadah dan menyiapkan segala kebutuhan kerjanya mulai dari air mandi hangatnya dan sarapan pagi. Ketika siang hari sang istri dengan cekatan menenangkan hati suaminya yang lelah mencari nafkah. Senyuman manis dan setia menunggu hingga pulangnya suami kerumah. Semua ini sesuai dengan diutarakan sang bapa kepada saya dengan serius melanjutkan ceramah singkatnya. Sindiran pun terlontar mengenai jaman sekarang para kaum wanita yang berperan sebagai istri-istri tidak menyadari semua kewajiban baiknya kepada suami dan keluarga. Sibuk dengan dunia masing-masing. Seperti bergossip ria, bermuram durja kepada suami, dan tidak patuh kepada suami-suaminya, melupakan tugas keseharian mentang-mentang dikerjakan oleh pembantu rumah.
Siapa disangka bahwa filosofi itu bisa jadi ditujukan kepada kaum wanita langsung. Bahwa surga pun dapat mereka injak dan jaminan masuk tanpa susah payah. Bila benar demikian sungguh beruntungnya kaum perempuan di posisikan oleh Tuhan. So, yang merasa perempuan siap-siap ya memanfaatkan fasilitas itu langsung dari sang pencipta. Sedangkan kaum adam waspadalah anda harus pintar-pintar bila ingin mendapatkan tempat kehormatan untuk merasakan atau ingin mendapatkan layanan langsung dari sang penghuni surga ketika hidup di dunia ini.
Awalnya kita bercakap ringan dan berkenalan. Topik pembicaraan mulai dari korupsi, masalah sampah hingga cerita-cerita hantu atau horror. Tapi ada satu topik yang menarik pemahaman baru saya mengenai paradigma baru (buat saya mungkin ini hal yang baru). Berawal pertanyaan si bapak kepada saya: “De, Benarkah Surga di telapak kaki ibu?”, lalu : “menurut kamu apa artinya telapak kaki ada surga?buat siapa sebenarnya surga itu coba?”. Ketika itu aku menjawab dengan standard pertanyaan-pertanyaan itu dan yakin bahwa surga itu buat kita yang berbakti kepada ibu. Sang bapa itu tidak menyalahkan dan tidak juga terlalu membenarkan pernyataan saya itu. Namun beliau memberikan pandangan lain tentang surga ditelapak kaki ibu.
Sang bapa menjelaskan pandangan berbeda mengenai surga ditelapak kaki ibu,beliau menuturkan bahwa surga = jaminan 100% dari Tuhan untuk kaum perempuanyang dapat diibaratkan mereka tanpa melangkah selangkahpun sang ibu ini telah berada di surga. Kenapa bisa begitu? surga memang pantas mereka injak adalah para kaum perempuan yang berbakti dan setia sebagai ibu rumah tangganya kelak, melaksanakan kewajiban sang istri kepada suaminya, bangun paling awal pagi hari beribadah lalu membangunkan sang suami untuk beribadah dan menyiapkan segala kebutuhan kerjanya mulai dari air mandi hangatnya dan sarapan pagi. Ketika siang hari sang istri dengan cekatan menenangkan hati suaminya yang lelah mencari nafkah. Senyuman manis dan setia menunggu hingga pulangnya suami kerumah. Semua ini sesuai dengan diutarakan sang bapa kepada saya dengan serius melanjutkan ceramah singkatnya. Sindiran pun terlontar mengenai jaman sekarang para kaum wanita yang berperan sebagai istri-istri tidak menyadari semua kewajiban baiknya kepada suami dan keluarga. Sibuk dengan dunia masing-masing. Seperti bergossip ria, bermuram durja kepada suami, dan tidak patuh kepada suami-suaminya, melupakan tugas keseharian mentang-mentang dikerjakan oleh pembantu rumah.
Siapa disangka bahwa filosofi itu bisa jadi ditujukan kepada kaum wanita langsung. Bahwa surga pun dapat mereka injak dan jaminan masuk tanpa susah payah. Bila benar demikian sungguh beruntungnya kaum perempuan di posisikan oleh Tuhan. So, yang merasa perempuan siap-siap ya memanfaatkan fasilitas itu langsung dari sang pencipta. Sedangkan kaum adam waspadalah anda harus pintar-pintar bila ingin mendapatkan tempat kehormatan untuk merasakan atau ingin mendapatkan layanan langsung dari sang penghuni surga ketika hidup di dunia ini.
Lintasberita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar