Mahasiswa dengan sederet titel sosial mulai dari agent of change, agent of social control. Bahkan, menurut sebagian besar masyarakat menyebut mahasiswa adalah orang yang serba bisa, serba tahu berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat. Hal ini menjadikan mahasiswa sebagai kaum elit dan terhormat dibanding dengan kaum muda lainnya.
Namun, sederet titel dan penghargaan terhadap mahasiswa teryata tidak semuanya berbuah manis serta sesuai dengan harapan. Maraknya pemberitaan di media massa baik melalui media cetak maupun elektronik menunjukkan betapa ironisnya prilaku mahasiswa akhir-akhir ini.
Di beberapa kampus (baik negeri maupun swasta , kampus besar maupun kecil) di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke banyak sekali terjadi tawuran antar mahasiswa. Berbagai macam alasan para mahasiswa melakukan aksi seperti ini mulai dari kebijakan pemerintah yang kurang representatif, kebijakan kampus yang kurang populis bagi mahasiswa, dan yang paling parah tawuran ini bermula dari dari konflik personal (berebut cewek, saling ejek, bahkan berebut bola…hehe) yang kemudian dibawa ke dalam konflik kelompok.
Mahasiswa merupakan generasi bangsa yang mempunyai tingkat intelektualitas tinggi dimana budaya ilmiah selalu menjadi alternatif dalam pemecahan masalah. Menurut berbagai sumber, mahasiswa dibagi beberapa tipe yang mewakili kepribadian manusia.
Mahasiswa bisa dibagi kedalam 4 tipe… mau tahu? Ini dia…
Tipe pertama, mahasiswa Akademis (mahasiswa yang berorientasi pada akademis). Tipe kedua, mahasiswa Romantis (mahasiswa yang selalu tampil nyentrik demi menggaet lawan jenis). Tipe ketiga, Hedonis (mahasiswa yang suka senag-senang atau hedon). Tipe keempat, mahasiswa Organisatoris (mahasiswa yang selalu sibuk dengan dunia organisasi ).
Nah, dari tipe-tipe tersebut, kamu termasuk kategori yang mana?
Sejarah juga mencatat bahwa mahasiswa mempunyai peranan penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Mahasiswa membawa perubahan banyak terhadap bangsa ini.
Runtuhnya rezim Sukarno yang totaliter serta mengagungkan dirinya sebagai presiden seumur hidup tidak lain karena idealisme mahasiswa. Sama halnya pada rezim Suharto yang otoriter juga runtuh oleh gerakan mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa merupakan generasi penting dalam suatu negara. Kalau pemudanya kuat maka negara akan kuat juga.
Di era reformasi saat ini (mungkin lebih tepatnya pasca reformasi), sudah sepatutnya dan selayaknya mahasiswa mempertahankan idealismenya. Ciri khas mahasiswa seharusnya adalah idealis rasionalis, karena setiap aktivitas dan gerakan mahasiswa selalu dilandasi oleh kekuatan moral ‘moral force‘, pemikiran yang matang, dan tidak berlandaskan kepentingan.
Akan tetapi, citra mahasiswa sekarang mulai tergeser akibat prilakunya sendiri. Masyarakat merasa bahwa mahasiswa adalah benalu yang sering membuat susah.Sebagai contoh, seringnya demo mahasiswa yang membuat macet jalan umum, dan ujung-ujungnya berakhir anarkis, mahasiswa tak jauh beda dengan preman pasar yang membuat gaduh dan menyengsarakan banyak orang.
Sedikit-sedikit kekerasan, sedikit-sedikit maen pukul. Dari sini, dimanakah yang dinamakan budaya idealis rasionalis tadi? Budaya intelektual, budaya calon guru, calon “pencerah” kehidupan masyarakat.
Bisa dibayangkan apabila calon “pencerahnya” seperti ini bagaimana generasi dibawahnya ?. Pasti akan lebih buruk dan kemungkinan bangsa ini akan berubah dari bangsa yang mempunyai budaya ramah, toleransi, menghargai orang lain menjadi bangsa yang kasar… bar-bar serta bahkan hanya budaya latah.
Dengan demikian, kita (mahasiswa) sudah seharusnya meneruskan perjuangan para pahlawan dan “founding father” yang bersusah payah membangun citra bangsa ini dengan rela berkorban baik jiwa, raga bahkan nyawa sehingga bangsa ini terbebas dari belenggu penjajahan.
Sekarang saatnya tugas kita untuk juga mau rela berkorban baik jiwa, raga bahkan nyawa sehingga bangsa ini bisa terus terbebas dari belenggu “penjajahan modern”.
Gimana… apakah setuju dengan opini saya ini. Apapun opini kamu, sampaikan dikolom komentar
Salam Hangat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar