Retakan-retakan di permukaan bulan ditemukan oleh sebuah satelit penjelajah yang sedang melintas dan memfoto image dari sebuah garis-garis retak yang disebut "lobate scarps" di dataran tinggi bulan. Ini mengindikasikan bahwa bulan terus mengalami penyusutan ukuran. Para ilmuwan percaya bahwa seperti sebuah balon yang mengempis, bulan mengkerut ketika bagian dalamnya mendingin.
Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa pendinginan di bagian dalam telah mengurangi radius bulan sekitar 100 meter dibandingkan ukurannya sebelumnya. Retakan-retakan sama yang terjadi didekat ekuator bulan, pertama kali tetangkap kamera foto oleh para astronot yang mendarat di bulan pada misi-misi Apollo pada awal tahun 1970-an.
Sementara menurut jurnal Science, lereng-lereng curam terbaru atau lobate scarps yang teridentifikasi di dataran tinggi bulan ini menunjukkan fakta krusial bahwa retakan-retakan ini terjadi secara global di seluruh permukaan. Para ilmuwan percaya bahwa retakan ini terjadi sebagai akibat dari pecahnya lapisan kulit bulan yang rapuh sehingga bulan menyusut--sebuah proses yang secara geologis baru-baru ini terjadi di satelit bumi ini.
"Salah satu aspek luar biasa dari lereng-lereng curam terbaru ini adalah umurnya yang masih tergolong muda," jelas Dr Thomas Watters, yang berasal dari Smithsonian Institution di Washington DC. "Retakan-retakan yang terdistribusi secara global di permukaan bulan ini menunjukkan pengerutan terjadi di seluruh bulan yang sepertinya terjadi akibat pendinginan bagian dalam bulan."
Kendati demikian para "penatap bintang" nampaknya tidak akan memperhatikan perubahan ukuran bulan dalam waktu dekat. Retakan-retakan "muda" yang terjadi mengindikasikan bahwa penyusutan sebesar 100 meter ini terjadi dalam masa miliaran tahun.
Sumber - Liputan6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar