Pada zaman dahulu kala disebuah desa dilereng bukit hiduplah seorang petani yang bernama Ahmad nur yani.
Dia dipangil ahmad dan sebagian temannya memanggilnya Nur, Si Nur mempunyai sebidang sawah yang cukup luas, yang sedang ditanami padi. Setiap hari-harinya si ahmad selalu pergi pagi dan pulang pada sore hari itu karna ia sangat giat dalam merawat padi-padinya. Selain bertani Pak ahmad juga sangat hobi memelihara beberapa hewan peliharaan, ada beberapa hewan peliharaan seperti ayam, kambing dan sapi. Adapun Ayam pak ahmad sudah mencapai puluhan ekor jumblahnya , ada yang kecil, besar, ada yang bertelur dan ada juga yang sedang mengeram. Kambingnya baru beranak, sedang sapinya berjumlah 5 ekor.
Di sore hari yang agak hujanpak Ahmad berjalan cepat penuh hati-hati, tidak disangka pak ahmad menemukan sebutir telur dipematang sawah yang biasa ia lalui. Pak Ahmad herean dengan Telur yang baru ia dapatkan itu dia pun diamatinyalah telur tersebut sambil bertanya dalam hati “Telur apa ini, ya? Kok bentuk dan ukurannya agak beda ya dengan telur ayam dirumah saya? Punya siapa?” ah klo begitu ane peliharalah sama telur2 ayam biasa. biar hewan peliharaanku tambah banyak?”
Sesampainya dirumah Pak Ahmad menaruh telur tersebut ditempat peliharaan ayamnya agar bisa dierami oleh seekor induk ayam. Setelah 21 hari mengerami, akhirnya semua telur-telur yang dierami menetas. Termasuk telur yang ditemukan Pak Ahmad di sawah tadi.
Setelah sekian waktu hidup dalam asuhan induk ayam, mulailah nampak perbedaan antara anak ayam dengan anak dari telur yang ditemukan di sawah. Ternyata telor yang ditemukan Kusno adalah telur burung elang. Maka anaknya namanya anak elang.
Sang induk ayam memperlakukan anak-anaknya sama semua. Bagaimana cara mencari makan, berlari-lari dll semuanya serba mengikuti ayam. Termasuk anak elang tersebut berpolah tingkah sebagaimana yang dia lihat dari induk maupun dari sesama saudaranya. Bisa dikatakan mental anak Elang tadi seperti ayam.
Pada suatu hari, datanglah bayangan terlihat terbang memutar-mutar disekitar induk dan anak-anak ayam tersebut. Sang induk dengan paniknya berteriak mengumpulkan anak-anak ayam untuk memberi perlindungan. Anak elang melihat kejadian tersebut, melihat ada hewan yang bisa terbang berputar kemana-mana kemudian dia berpikir ”Alangkah enaknya dia bisa terbang kemana-mana, andai aku bisa seperti dia” sungguh bodohnya si anak elang tadi. Ia juga sebenarnya bisa terbang, tapi ia tidak mengatahui potensi yang ada dalam dirinya itu.
Bahkan ketika anak elang tersebut menjadi dewasa,dan kemudian ia menjadi tua dan pada akhirnya mati dalam kondisi yang tidak berubah masih seperti ayam. Tidak bisa terbang dan mencari makan disamping2 rumah.
Dari kisah singakat tentang Seekor elang , dapat kita pahami bahwa Kadang kita tidak menyadari bahwa kita sesungguhnya punya kemampuan yang luar biasa, sesungguhnya kita dapat menjadi orang yang bukan seperti anak elang tadi yang belum sempat mengetahui potensi dirinya. karena itu janganlah kita mempunyai pikiran seperti elang. Kita berpikir bahwa kita ya, hanya seekor ayam, padahal sesungguhnya kita adalah elang.
dan kadang kala Pola piker seperti itu terjadi akibat lingkungan yang membentuk dan menjadikan kita seperti itu. Kita bukan ayam dan juga bukan elang, dan kita adalah manusia yang dikaruniai akal. Dengan akal, kita mampu berpikir dan bertindak untuk meraih apapapun untuk kesuksesan hidup kita.
Sekianlah cerita Hikmah dan motivasi yang mudah mudahan dapat kita ambil hikmahnya, Thanks buat sobat-sobat yang membaca artikel ini, semoga tetap semangat mengarungi hidup yang kita jalani.
Lintasberita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar