Bandara yang dibangun dengan menggunakan APBD daerah tersebut malah mengakibatkan kerugian sebesar 10 milyar won (Rp84 milyar) setiap tahunnya sejak didirikan.
Tahun lalu, 146 petugas bandara hanya melayani rata-rata 26 penumpang setiap harinya yang mempergunakan bandara ini. Terakhir kalinya maskapai mempergunakan bandara ini adalah pada tanggal 1 November 2008 yang lalu.
“Ini jelas kesalahan perencanaan dan administrasi yang dilakukan oleh para pejabat sebelum ini,” tulis harian konservatif Chosun Ilbo menyikapi tentang bandara hantu ini. Mereka juga menyarankan agar bandara ini sebaiknya ditutup atau diserahkan kepada swasta untuk menghindari kerugian yang lebih besar dan membebani APBD.
Kerugian yang dialami oleh Bandara Internasional Yangyang ternyata juga dialami oleh beberapa bandara yang ada di Korea Selatan. Diperkirakan 11 dari 14 bandara lokal yang ada di negara tersebut mengalami kerugian tahun yang lalu. Fenomena ini menyebabkan pemerintah memutuskan untuk menunda pembangunan dua bandara udara lainnya di Korea, yakni Uljin di propinsi Gyeongsang dan bandara Gimje di Propinsi Jeolla.
Bandara Uljin yang pembangunannya telah mencapai 85 persen akan dialihfungsikan sebagai pusat pelatihan para pilot. Bandara ini dibangun dengan biaya USD 141 juta (Rp1,6 Trilyun).
Bandara Uljin yang pembangunannya telah mencapai 85 persen akan dialihfungsikan sebagai pusat pelatihan para pilot. Bandara ini dibangun dengan biaya USD 141 juta (Rp1,6 Trilyun).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar