Rabu, 11 Desember 2013

Ormas, Mayoritas Pelanggar HAM di Yogyakarta



Ormas, Mayoritas Pelanggar HAM di Yogyakarta

TEMPO.CO, Yogyakarta--Masyarakat Anti Kekerasan Yogyakarta (Makaryo) menilai mayoritas pelaku kekerasan di wilayah DIY adalah organisasi masyarakat. Berdasarkan data Makaryo, ada 11 kasus kekerasan yang dilakukan ormas dari total 18 kasus kekerasan yang didata di wilayah DIY. Kasus-kasus tersebut oleh Makaryo yang terdiri dari 33 elemen dikategorikan kasus pelanggaran hak asasi manusia.
"Jadi mayoritas pelaku pelanggaran HAM di DIY adalah organisasi masyarakat,"kata Koordinator Makaryo Benny Susanto bertepatan dengan Hari HAM Sedunia 10 Desember kepada Tempo, Selasa (10/12).
Dia mencontohkan kasus-kasus tersebut antara lain pembubaran diskusi dan penganiayaan keluarga eks tahanan politik 1965 di Godean, kabupaten Sleman oleh Front Anti Komunis Indonesia (FAKI). Pembubaran diskusi buku karya Irsyad Mandji dan penganiayaan peserta diskusi di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) oleh Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Juga pembubaran pengajian Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) cabang Yogyakarta di SMA Piri Yogyakarta oleh gabungan ormas seperti MMI, Gerakan Pemuda Kabah (GPK), Gerakan Anti Maksiat (GAM), juga Front Jihad Indonesia (FJI). Kasus-kasus tersebut hingga saat ini tidak jelas proses penegakan hukumnya oleh polisi.
"Kasusnya berulang (dilakukan ormas) karena tidak ada pembinaan dari kepala daerah. Tidak ada political will dari Sultan (Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X)," kata Benny.
Ketua Tanfidiyah MMI Irfan Suryahadi Awwas membantah, jika tindakan pembubaran diskusi di LKIS merupakan bentuk pelanggaran HAM. Alasannya, diskusi yang mereka bubarkan adalah diskusi yang melecehkan Islam. Irfan menuding aktivis perempuan Irsyad Mandji mensosialisasikan soal lesbian yang dinilai menistakan Islam. "Harus dibuktikan dulu kalau itu pelanggaran HAM. Jangan menyebar fitnah. Nanti kami yang akan balik mengadukan mereka (Makaryo)," kata Irfan.
Meski demikian, Irfan tidak menolak jika berbagai elemen duduk bersama untuk membahas soal tindak kekerasan dan pelanggaran HAM di wilayah DIY. "Tapi harus disamakan dulu presepsinya. Kami tidak setuju kalau presepsinya merujuk pada stigma anti agama," kata Irfan.
Sementara itu, Makaryo telah melaporkan kasus-kasus pelanggaran HAM tersebut kepada Dewan Perwakilan Daerah (DPD) DIY. Komisi I atau komisi bidang hukum DPD menjanjikan akan mengundang Makaryo usai rapat pleno DPD pada 17 November lalu. Namun hingga saat ini belum ada tindak lanjutnya.
"Kami sedang membahas dan mendalami. Tidak bisa gegabah, karena melibatkan banyak orang," kata anggota Komisi Hukum DPD Hafidz Asrom.
Ada dua alat kelengkapan yang tengah membahasnya. Yaitu Komisi Hukum dan Panitia Akuntabilitas Publik. Hanya saja, Hafidz tak bisa menjanjikan kapan DPD akan memberikan rekomendasinya. "Kami harus mengkaji. Mana yang merupakan kewenangan DPD untuk menyelesaikan, mana yang bukan," kata Hafidz.
PITO AGUSTIN RUDIANA

Mengenang Paus Paulus Yohanes II di Bukit Taci Tolu



Mengenang Paus Paulus Yohanes II di Bukit Taci Tolu

Laporan Tim Tribun Pontianak di Timor Leste
Almarhum Paus Paulus Yohanes II pernah mengunjungi Timor Leste pada 12 Oktober 1989. Saat itu negara yang memiliki penganut Katolik Roma mencapai 98 persen ini masih menjadi provinsi ke-27 Republik Indonesia. Untuk mengenang kedatangan paus, pemerintah setempat membangun patung dan kapel.
KUNJUNGAN Paus Paulus Yohanes II, yang memiliki nama kecil Karol Jozef Woojtyla, ke Timor Leste (saat itu bernama Timor Timur) menjadi perhatian dunia. Paus saat itu mengunjungi beberapa kota, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Flores (Mamumere), Medan, dan Dili. Saat itu status Timor Timur masih belum jelas, Republik Indonesia mengklaim sebagai provinsi ke-27.
Di pihak lain Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) serta dunia internasional tak mengakui klaim Indonesia tersebut. Sikap Vatikan sendiri juga memandang Timor Timur sebagai wilayah yang belum memiliki pemerintahan sendiri. Mgr Carlos Filipe Ximenes Bello yang saat itu menjadi uskup Dili memang sering mengikuti kegiatan Konfrensi Waligereja Indonesia (KWI), namun dia hanya sebagai peninjau.
Untuk mengenang kunjungan Paus Paulus Yohanes II, Pemerintah Timor Leste membangun patung paus lengkap dengan tongkat gembalanya. Presiden Dr Jose Ramos Horta meresmikan patung berikut kapel tersebut pada 15 Juni 2008.
Patung tersebut dibangun di atas bukit Taci Tolu. lokasinya di sebelah barat Dili. Lokasinya tak terlalu jauh dari Aeroporto Internacional Presidente Nicolau Lobato atau Bandara Internasional Presiden Nicolau Lobato. Menggunakan mikrolet membutuhkan waktu sekitar 5 hingga 10 menit dengan onkos sekitar 25 centavos atau sekitar Rp 2.500.
Untuk menuju patung tersebut pengunjung bisa berjalan kaki menelusuri jalan mendaki yang berkelok-kelok dengan pemandangan bukit serta laut yang biru. Dibutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk bisa sampai di puncak.
Cara lain bisa menaikki anak tangga yang cukup terjal dan berwarna merah bata. Serta cara ketiga bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi baik sepeda motor maupun mobil hingga ke pelataran parkir atau halaman kapel kecil tak jauh dari patung. Namun biasanya wisatawan lebih memilih cara pertama dengan menelusuri jalan aspal yang berkelok-kelok. Pengunjung akan dimanjakan pemandangan laut serta perbukitan serta jalan yang seakan-akan melompat ke laut.
Setiap hari terutama pada hari libur padi dan sore kawasan ini selalu saja ramai dikunjungi turis. Di antara mereka ada yang berolahraga sekaligus menikmati pemandangan yang sangat indah. Beberapa turis lokal serta mancanegara tampak mandi keringat sambil berlari-lari kecil.
"Selain ingin melihat lebih dekat patung Bapa Paus, banyak juga yang ingin berolahraga," kata Benyamin Adrianus Dos Santos, peserta workshop.
Menurut Benyamin, lokasi petung tersebut menjadi satu di antara kunjungan wajib para wisatawan saat berkunjung ke Dili selain Cristo Rei. Di lokasi itu para pengung bisa berfoto dengan latar belakang patung Paus Paulus. Bagi mereka yang memiliki kamera juga bisa mengambil foto landscape pantai, laut, serta tanjung dan, teluk yang ada di bawah bukit. Rasa lelah untuk mencapai puncak bukit bisa terobati.
"Kalau tak ingin terlalu lelah, kita bisa menggunakan kendaraan sewaan atau pribadi. Tapi kalau ingin capek sedikit tapi melihat pemandangan dan ambil banyak foto bisa jalan kaki," kata Nelia Pereira Belo, peserta lain asal Timor Leste.
Jika berkesempatan mendaki bukit tersebut sebaiknya membawa persediaan air minum secukupnya. Sebab di puncak bukit tak ada penjual makanan maupun minumam. Minuman berupa air mineral bisa dibeli saat masih berada di pinggir jalan raya sebelum memasuki jalan menuju kompleks patung Paus Paulus Yohanes II.
Di puncak bukit, kami bertemu dengan warga Timor Leste yang dulunya bekerja di PT Telkom. Pria yang mengaku bernama Adrianus tersebut kini sudah pensiun dari Telkom-nya Timor Leste.
Ia memberikan kami tumpangan gratis hingga mengantar di depan hotel. "Lain kali kalauberkunjung ke Dili silakan mampir ke rumah. Mudah-mudahan waktunya pas, om bisa antar ke sejumlah tempat wisata," kata Adrianus.
Ia merasa senang bisa bertemu dengan sejumlah orang Indonesia. Apalagi ia memiliki banyak kenangan serta pernah bekerjasama cukup lama. "Beberapa teman dari Jawa yang dulu sama-sama bekerja ke Telkom juga pernah berkunjung," kata Adrianus, saat menurunkan kami dari mobil pikanya di Timor Lodge Hotel.

'Normandy' Adalah Ponsel Android dari Nokia?


 

'Normandy' Adalah Ponsel Android dari Nokia?


TeknoUp.com
Kabar keberadaan ponsel Nokia yang menjalankan sistem operasi Android kembali berhembus. Ponsel Nokia ber-Android itu diyakini memang ada dan sudah beredar di kalangan terbatas. Menurut beberapa sumber yang dilansir The Verge, ponsel ini membawa nama kode Normandy dan sudah diketahui oleh internal Nokia sendiri serta beberapa nama tertentu.
Handset ini kabarnya menjadi langkah Nokia berikutnya pada pasar kelas bawah (low-end). Ponsel Android yang dikembangkan Nokia ini tidak sama seperti ponsel Android pada umumnya, atau mirip seperti yang dikembangkan oleh Amazon. Amazon mengembangkan Android sendiri dimana didalam perangkatnya tidak ada keterkaitan dengan Google, misalnya absennya layanan Play Store dan diganti menjadi toko aplikasi milik Amazon sendiri.
Bulan lalu, akun @evleaks sudah membocorkan perangkat Nokia Normandy. Dari penampilannya, perangkat ini memang bisa jadi adalah ponsel Nokia Android. Meski desainnya bergaya Lumia, ada sedikit yang berbeda. Desain perangkat ini memiliki sebuah tombol kapasitif yang diduga kuat adalah sistem navigasi. Sumber tersebut juga menambahkan bahwa Normandy mendukung aplikasi Android seperti Skype dan aplikasi populer lainnya.
Proses pengembangan Nokia ber-Android dikatakan sudah dimulai ketika Microsoft baru berencana mengakuisisi Nokia. Belum diketahui jelas apakah di rencana tersebut Nokia akan merilisnya sebelum kesepakatan akuisisi selesai, ataukah Microsoft masih akan mengembangkannya.
Sementara itu, dalam laporan yang sama, sumber lain mengungkapkan bahwa karyawan Nokia yang mengembangkan Normandy sudah diberitahu bahwasannya perangkat ini direncanakan meluncur pada 2014. Salah satu sumber menyebut Normandy sebagai "senjata pamungkas" Nokia. Normandy dirancang setara dengan Asha, dimana lini produk tersebut diperuntukan sebagai perangkat murah tradisional yang punya lebih banyak aplikasi.

LIPI: Hanya Sembilan Bahasa yang akan Bertahan




Jakarta (ANTARA) - Peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan dari beratus-ratus bahasa etnis yang ada di Indonesia hanya sembilan saja yang akan bertahan.
Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Endang Turmudi di Jakarta, Selasa, mengatakan secara konseptual bahasa akan bertahan apabila memiliki sistem penulisan atau aksara sebagai fasilitas untuk merekam bahasa itu dalam media selain lisan.
"Bahasa-bahasa yang memiliki sistem aksara dan diperkirakan akan bertahan untuk ke depannya antara lain Aceh, Batak, Lampung, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Sunda dan Sasak," katanya.
Bahasa-bahasa yang akan bertahan tersebut, ia mengatakan termasuk dalam kelompok bahasa Austronesia atau Melayu. Sementara bahasa-bahasa etnis lainnya yang belum memiliki sistem tersebut kemungkinan besar terancam punah.
Berdasarkan Living Tongues, Institute for Endangered Languages yang dikutip oleh Ibrahim, Endang mengatakan bahasa adalah sebuah gudang pengetahuan manusia yang sangat luas tentang dunia alamiah, tanam-tanaman, hewan-hewan, ekosistem, dan sediaan budaya. Dengan kata lain setiap bahasa memuat keseluruhan sejarah umat manusia.
Oleh karena itu, ia mengatakan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kepunahan bahasa sama dengan kepunahan peradaban manusia secara keseluruhan.
Hal itu tidak bisa dibiarkan begitu saja karena pembiaran atas kepunahan bahasa-bahasa berpenutur sedikit, sesungguhnya adalah pengingkaran atas kemajemukan yang sesungguhnya merupakan soko guru ke-Indonesia-an.
Guna mengatasi permasalah tersebut ia mengatakan perlu ada strategi tersendiri. LIPI, lanjutnya, telah merancang dan melakukan penelitian bahasa-bahasa yang terancam punah di Kawasan Indonesia Bagian Timur yang dilaksanakan selama empat tahun.
Tujuan penelitian untuk menyusun "policy paper", ensiklopedia mengenai etnik minoritas, dan bahasa yang terancam punah di kawasan Indonesia Timur.
"Secara khusus diharapkan akan dapat dirumuskan strategi komunitas etnik pada lokus penelitian dalam mempertahankan bahasanya dan rekomendasi kebijakan bahasa pada tingkat daerah maupun nasional," ujar dia.
Selain itu, usaha lain yang dapat dilakukan adalah memberikan anjuran-anjuran untuk ketahanan suatu bahasa yang terancam punah kepada orang tua agar setiap dari mereka terbiasa menggunakan bahasa daerah di rumahnya.
Anjuran lain adalah agar Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) mulai mewajibkan setiap murid menguasai setidaknya satu bahasa daerah.
Upaya Kemdiknas saat ini terus melakukan pengumpulan kosa kata dan merekamnya serta melakukan revitalisasi untuk menghidupkan kembali bahasa daerah.
Tak hanya itu, upaya lainnya juga bisa dilakukan, menurut Endang, dengan menggelar berbagai festival seni di daerah-daerah sebagai bagian dari upaya pemertahanan dan dokumentasi kebahasaan dan kebudayaan.

Operator Selandia Baru Punya Cara Blokir Ponsel Curian



DREAMERSRADIO.COM - Banyaknya kasus pencurian ponsel membuat resah banyak pengguna. Namun di Selandia Baru, tiga operator selular sepakat untuk memblokir ponsel curian sebagai upaya menekan aksi tersebut. Setidaknya ponsel curian tidak bisa digunakan lagi atau di jual kembali.
Dilansir dari CellularNews, tiga operator itu diantaranya Vodafone, Telecom, dan 2 Degrees. Mereka bersama-sama meluncurkan daftar hitam ponsel curian untuk memblokit ponsel yang telah dicuri dalam waktu 24 jam setelah ada laporan kehilangan dari pemiliknya.
Cara jitu pemblokiran dilakukan melalui kode identifikasi unik atau IMEI yang telah terdaftar. Dalam daftar hitam ponsel curian yang digunakan tiga operator menggunakan sistem database yang diselenggarakan GSM Association (GSMA) atau badan internasional yang mewakili industri mobile dan dikelola oleh New Zealand Telecommunications Forum.
Inspektur Steve Christian, National Manager Mobility di Kepolisian Selandia Baru, menyambut baik sistem database tersebut.
“Kami sangat senang perusahaan telekomunikasi sekarang bergabung bersama-sama membuat perangkat curian menjadi tidak bernilai,” tuturnya.
Setelah masuk daftar hitam, ponsel atau perangkat mobile curian tidak dapat menggunakan jaringan seluler ataupun internet dari tiga operator besar di Selandia Baru tersebut. Bahkan, ponsel tetap terblokir sekalipun berganti kartu SIM.
CEO New Zealand Telecommunications Forum, David Stone mengatakan, langkah ini merupakan contoh kolaborasi lintas industri yang menguntungkan pelanggan dan masyarakat.
“Bagi banyak orang, ponsel bukan sekedar ponsel. Ponsel adalah kamera, jam tangan, buku harian, ensiklopedia, peta, dan pengaturan lainnya,” terang Stone.
Karena itulah ia memperingatkan kepada masyarakat setempat untuk berhati-hati dalam membeli ponsel atau perangkat mobile lainnya dari penjual yang tidak jelas. Karena bukan tidak mungkin pembeli akan mendapatkan produk yang telah terblokir.

Pantai Pacitan Berombak Terbaik di Asia Justru Tak Dilirik Pemodal Lokal






TRIBUNNEWS.COM, PACITAN - Belasan resort, cottage, bungalow dan penginapan menghiasi sepanjang pantai Watukarung Pacitan dimiliki oleh warga negara asing.
Penginapan milik warga asing muncul satu persatu sejak 2010 lalu. Hanya dalam waktu tiga tahun, pantai dan tanah-tanah di sekitarnya sekarang ini dikuasai warga asing.
“Kepemilikan tanah di sepanjang pantai sekarang sudah berpindah tangan,” ungkap Prapto (35) salah satu warga kepada Surya.
Penjelasan itu dibenarkan Kepala Desa Watukarung, Wiwid Peni Dwiantari. “Yang di kawasan ring satu sudah habis. Sekarang yang jadi incaran ya tanah di ring dua dan tiga,” jelas Wiwid.
Kawasan ring satu, yang dimaksud Wiwid itu adalah tanah-tanah yang terletak di pinggir pantai sepanjang kurang lebih satu kilomter tersebut. Di sini, bangunan bisa menghadap langsung ke bibir pantai. Cocok sekali untuk menginap para penggila selancar.
Masuknya pemodal asing, membawa keuntungan bagi warga. Tanah-tanah gersang milik mereka, yang dulu tak punya harga tiba-tiba menjadi rebutan.
Empat tahun lalu, tanah itu hanya berkisar Rp 30.000/meter persegi. Itupun untuk menjualnya butuh waktu panjang. Namun sekarang harga tanah itu sudah tembus Rp 1 juta/meter persegi.
Berdasarkan catatan desa, para pemodal asing yang telah masuk ke Pantai Watukarung berasal berasal dari Swiss, Australia, Jepang, Singapura, Filipina dan Jerman.
Wiwid menjelaskan, kedatangan pemodal asing itu dipelopori Rodney Philips Gordon asal Australia dan Mr Gerberroman asal Swiss.
Semenjak kedatangan kedua investor yang membuka usaha mulai 2010, para investor asing secara bergelombang berdatangan dan memborong ratusan hektare tanah di ring satu.
Sebut saja Mr Alex (40) dari Australia, kemudian Pepen (45) berkebangsaan Jepang dan Tominich asal Jerman yang membuka jasa yang sama.
Para pemodal itu rata-rata memiliki jaringan dengan pengelola wisata di Bali, Solo atau Yogjakarta, tiga kota yang memang sudah lama menjadi jujugan turis asing. Biro-biro perjalanan di tiga kota itu pula, yang paling banyak membawa turis asing ke Pacitan.
Sementara biro-biro wisata Jatim, malah tidak ada yang menyentuhnya. Kalaupun ada, adalah biro wisata lokal Pacitan, yang memang bekerja sama dengan biro wisata Bali, Solo, dan Yogyakarta.
Perjalanan menuju Pacitan sendiri memang lebih mudah dan lebih cepat ditempuh dari Solo atau Yogyakarta dibanding lewat Surabaya. Perjalanan menuju Pacitan juga bukan hal mudah. Infrastruktur jalan sempit, berkelok-kelok melewati tebing dan jurang. Apalagi bila ditempuh dari Ponorogo atau Trenggalek.
Jalan dari Yogyakarta dan Solo relatif lebih lebar. Tetapi tetap saja banyak tanjakan perbukitan dan kelokan-kelokan tajam di bibir jurang. Tapi bagi para turis yang gila petualangan, kondisi alam ini justru menjadi surga menantang.
Dari Kota Pacitan masih perlu petualangan alam lagi menuju pantai. Ada 12 pantai yang mengeliling kabupaten terujung Jatim tersebut. Pantai Watukarung termasuk yang agak jauh. Butuh waktu sekitar satu jam, naik turun bukit, dan menerobos hutan lindung.
Di pantai ini gulungan ombak setinggi 5 - 6 meter menjadi daya tarik sendiri bagi para pecinta olah raga surfing kelas dunia. Ombak di sana tergolong tipe reef break dan dasar laut berupa batu karang, namun mampu menghasilkan barrel (lubang) yang akan membuat penggila surfing mabuk kepalang.
Keistimewaan lainnya, Pantai Watukarung memiliki ombak kanan dan kiri, sehingga surfer bisa mengejar ombak dengan leluasa. Biasanya ombak tinggi datang pada bulan April - Oktober yang merupakan bulan terbaik surfer beraksi.
Lokasi surfing paling menantang berada di area Pulau Sirondo yang memiliki ombak barrel yang disebut-sebut terbaik di Asia. Lokasi inilah pernah dicoba juara surfing internasional Bruce Irons.

Mahasiswi Pelonco ITN Dipaksa Mengulum Singkong



Mahasiswi Pelonco ITN Dipaksa Mengulum Singkong  
TEMPO.CO, Malang - Joko dan Dodo--bukan nama sebenarnya--mahasiswa Jurusan Planologi Institut Teknologi Nasional Malang angkatan 2013, mengungkapkan adanya praktek tak senonoh selama kegiatan perpeloncoan mahasiswa Institut Teknologi Nasional Malang.
Menurut Joko, pelecehan seksual terjadi ketika peserta laki-laki diperintahkan saling berpelukan layaknya sedang berhubungan intim. Sedangkan sekitar 50 mahasiswi diminta mengulum sebatang singkong yang berbentuk seperti kelamin laki-laki.
Orientasi mahasiswa baru di ITN itu digelar dengan tajuk Kemah Bakti Desa (KBD) di Gua Cina, Oktober lalu. Diduga, akibat berbagai aksi kekerasan dalam perpeloncoan itu, seorang mahasiswa bernama Fikri Dolasmantya Surya meninggal dunia.
Dodo mengatakan, peserta orientasi hanya menginap dua malam di rumah warga. Selanjutnya, mereka tidur di tenda. Setiap malam, mereka mengalami kekerasan yang sama dan berulang, hingga kemudian mereka mendengar kabar Fikri terjatuh dan meninggal.
Dosen penanggung jawab KBD, Hutomo Moestajab, menyangkal terjadi kekerasan selama kegiatan. Menurut dia, sejumlah dosen mengawasi kegiatan, meski tidak 24 jam. "Tak boleh ada main tangan," katanya. Ia juga membantah dosen maupun senior mengintimidasi mahasiswa baru.

VIDEO dari Kuis Kebangsaan RCTI Ini Bikin Kita Bertanya-tanya, Ada Apa?





ANDA rutin nonton Kuis Kebangsaan yang tayang di RCTI saban jam 9 pagi dan pukul 5 sore?
Well, di situs bagi-bagi video Youtube, terekam sebuah momen dari Kuis Kebangsaan episode pagi (di video dikatakan episode yang tayang 7 Desember) yang membuat kita, penonton di rumah bertanya-tanya.
Pada sebuah segmen kuis penelepon di rumah, pembawa acara Tiffany Orie menerima telepon dari seorang penonton pria yang mengatakan dari Trenggalek, Jawa Timur. Belum ditanya apa pertanyaannya, si penelepon langsung menjawab, "Istana Maimun!"
Sang host terlihat pucat sebentar tapi kemudian mampu menguasai keadaan, meminta penelepon memilih deret huruf yang tersaji dilayar untuk mendapat pertanyaan.
Pertanyaan kemudian dibacakan salah seorang pengisi kuis, "Istana yang menjadi salah satu ikon kota Medan dan dibangun pada tahun 1888, A. Istana Maimun; B. Gedung Sate; C. Museum Gajah?"
Jawabannya tentu saja: "A. Istana Maimun!" kata si penelepon.
Hmmm... kok bisa ya di awal langsung menebak Istana Maimun?

Videonya :

http://www.youtube.com/watch?v=ZPKbMjbOgwg&feature=player_embedded 

Kisah di Balik Tragedi Bintaro I

Kisah di Balik Tragedi Bintaro I
Kisah di Balik Tragedi Bintaro I

TRIBUNNEWS.COM, PURWOREJO - Cinta Slamet Suradio (74) pada dunia perkeretaapian teramat dalam. Meski menjadi korban sistem dan tercampakkan dari dunia perkeretaapian yang selama ini dia geluti, namun ia tidak dendam.
Bahkan, ia berkeinginan agar ada anaknya yang kembali bekerja dalam perusahaan kereta api. Slamet bukanlah orang asing dalam dunia perkeretaapian. Ingatan orang segera tertuju kepadanya ketika kisah Tragedi Bintaro kembali diceritakan.
Ketika pada 9 Desember kembali terjadi kecelakaan kereta api di kawasan Bintaro, banyak pihak yang kembali mengaitkannya dengan kejadian yang dialami Slamet.
Pada 19 Oktober 1987, Slamet terlibat dalam satu dari beberapa kecelakaan Kereta Api (KA) terburuk dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. Saat itu ia mengawaki KA 225 Jurusan Rangkasbitung-Jakartakota yang bertabrakan dengan KA Cepat 220 Jurusan Tanah Abang-Merak. Dalam kejadian ini Slamet dipersalahkan karena dianggap melanggar aturan dengan memberangkatkan kereta tanpa izin Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA).
"Saya ingat jelas pagi itu kereta saya diberangkatkan. Saya melihat PPKA memberi tanda, asisten masinis telah naik ke kabin, dan kondektur pun telah masuk ke kereta," kata Slamet.
Karena itu, ia kesal ketika tahu hanya dirinya saja yang dipecat dengan tidak hormat dan tidak mendapatkan uang pensiun, sementara orang yang menurutnya paling bertanggung jawab tetap mendapat uang pensiun.
Slamet mengungkapkan, banyak keganjilan dalam kasusnya. Misalnya saja, ia menandatangani Berkas Acara Pemeriksaan (BAP) dalam ancaman. "Waktu itu saya ditodong pistol, disuruh ngaku. Saya heran, saya nggak salah kok diperlakukan seperti itu," ucapnya pelan.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Slamet untuk memperjuangkan haknya. Namun, upaya tersebut tidak berhasil. Kini ia hanya bisa pasrah menanti keadilan yang entah kapan datangnya.
Namun Slamet tidak patah dan tidak menyerah. Setelah merasa Ibu Kota terlalu kejam untuknya, ia memutuskan kembali ke kampung halamannya, Purworejo. Di tempat ini ia memulai hidup yang baru dan berhasil menikah kembali setelah istri pertamanya direbut rekan masinis.
Dari pernikahan yang kedua ini ia dikaruniai tiga anak.
Untuk menyambung hidup, ia berjualan rokok eceran keliling di depan suatu toko di kawasan perempatan Kalianyar, Kutoarjo. Tempat berjualannya ini berjarak sekitar 17 km dari rumahnya yang sederhana di Dusun Krajan Kidul, RT 02/RW 02, Desa Gintungan, Kecamatan Gebang, Purworejo.
"Peristiwa 26 tahun yang lalu itu tidak akan pernah bisa saya lupakan. Selain itu sekarang saya hanya berdoa, agar saya pada akhirnya mendapatkan keadilan. Uang pensiun yang menjadi hak saya, semoga saya dapatkan," katanya.
Slamet menegaskan, meski diperlakukan tidak adil, namun ia tidak merasa dendam pada dunia perkeretaapian. Bahkan, ia memiliki keinginan agar ada anaknya yang masuk menjadi karyawan perusahaan kereta api.
"Saya tidak dendam. Saya sampai mati tetap cinta kereta api. kalaupun saya sudah tidak bisa memberikan apa yang saya miliki untuk kereta api, biarlah anak saya yang meneruskan cita-cita saya. Kalau ada kesempatan saya ingin ada anak saya yang masuk ke kereta api, entah jadi masinis atau apa, yang penting meneruskan cita-cita saya membangun perkeretaapian Indonesia," ungkapnya sambil tersenyum.
Mengenai lokasi kecelakaan kereta api di Bintaro yang terjadi pada 9 Desember 2013 yang berdekatan dengan lokasi kecelakaan pada 19 Oktober 1987, Slamet mengaku lokasi tersebut biasa saja. Menurutnya tidak ada yang aneh selama ia bertugas di wilayah tersebut.
"Sejak 1964 telah bertugas di jalur tersebut. Tidak ada yang aneh, angker pun tidak meski ada kawasan makam di dekatnya. Kalau orang bilang angker ya terserah mereka. Namun saya tidak merasa demikian. Kejadian pada 19 Oktober itu saya anggap apes saja," katanya.
Solidaritas Masinis
Sedangkan mengenai solidaritas masinis, Slamet mengungkapkan keprihatinannya atas apa yang menimpa Darman Prasetyo, masinis KRL nahas yang bertabrakan dengan truk tangki. Menurutnya, kecelakaan dapat terjadi kapan saja meski telah diantisipasi sedemikian rupa.

Slamet mengungkapkan, solidaritas masinis memang baik. Belum lama ini ada serombongan masinis dari Semarang yang mengunjunginya. Selain bersilaturahmi, mereka juga memberikan bantuan ala kadarnya untuk sedikit meringankan bebannya.
"Masinis dari dulu dan sekarang beban dan risikonya tetap sama beratnya. Hanya sekarang masinis lebih ada peningkatan kesejahteraan. Semoga perkeretaapian Indonesia lebih baik," katanya.

Wow, Makan Di Resto ini, Bayarnya Terserah Pelanggan






Wow, Makan Di Resto ini, Bayarnya Terserah Pelanggan

Wow, Makan Di Resto ini, Bayarnya Terserah Pelanggan

DREAMERSRADIO.COM - Banyak cara yang dilakukan pengusaha restoran untuk mencari pelanggan. Dari dekorasi hingga makanan yang aneh. Tapi sebuah restoran kecil di Provinsi Fujian, China menawarkan konsep unik untuk pelanggannya, yakni dengan memberi keleluasaan kepada mereka untuk membayar apa yang mereka makan.
Dilansir dari Chinadaily, para pelanggan dapat mengambil makanan  apapun yang disajikan di resto tersebut, dan kemudian bebas membayar sesuka hati mereka. Sementara itu, pemilik restoran berharap pengunjung dapat menafsir sendiri tentang harga sebenarnya dari makanan yang mereka ambil.
Restoran yang dibuka pada Agutsus 2013 lalu, terletak di pusat korta Fuzhou yang bernama Five Loaves and Two Fish. Nama tersebut terinspirasi dari kisah Yesus yang memberi makan kepada 5 ribu orang dengan mengalikan ikan dan roti.
Menariknya lagi, pelanggan restoran ini juga diminta untuk mencuci piring dan mangkuk mereka sendiri setelah makan, dan menempatkan uang mereka di dalam sebuah kotak sebelum meninggalkan restoran.
Liu Pengfei adalah seorang desainer interior berusia 50 tahun yang menjadi investor utama untuk restoran unik ini. Ia mendapat ide tentang restoran ini setelah mendengar tentang proyek-proyek amal di beberapa negara.
“Konsep Five Loaves didasarkan pada kepercayaan,” ungkap Liu.
Walau konsep Liu terdengar mengejutkan, tetapi masalah yang ditakuti oleh Liu dan tim benar-benar terjadi. Pasalnya menurut Peng Yong, koki dan salah satu investor di restoran ini mengaku sekitar 20 persen pengunjung pergi tanpa membayar apapun.
Menurut dia, restoran ini telah menelan kerugian hingga 250.000 yuan (Rp 493 juta). Padahal untuk biaya sewa tempat, Liu dan tim harus merogoh kocek 60.000 yuan (Rp 118 juta) per bulan. Meski telah menderita kerugian cukup besar, Liu rupanya tak ingin menyerah.
“Ini tidak berarti Anda dapat makan dan minum secara gratis di sini, Anda hanya dapat membayar sesuka hati Anda. Kotak itu transparan, sehingga tak ada yang tahu seberapa banyak Anda membayar,” terangnya.
Liu sebetulnya tak keberatan, jika pelanggannya mengatakan secara jujur bahwa dia tidak punya uang untuk membayar makanannya. Sebab baginya, kejujuran adalah langkah pertama untuk membangun kepercayaan.
Sikap optimis yang ditunjukkan oleh Liu harus diacungi jempol. Betapa tidak, Liu dan tim awalnya berencana ingin membuka restoran ini selama dua bulan saja. Namun pada kenyataannya, Liu telah menjalankan restoran ini selama tiga bulan dan juga telah menelan kerugian yang teramat besar.
Menurut Gan Mantang, seorang sosiolog di Universitas Fuzhou, Five Loaves and Two Fish adalah eksperimen dalam sosiologi. Liu sengaja tidak menunjukkan harga sebenarnya dari makanan yang dijual restonya, karena pengunjung mungkin saja meremehkan harga dari apa yang mereka makan.