Rabu, 11 Desember 2013

Pantai Pacitan Berombak Terbaik di Asia Justru Tak Dilirik Pemodal Lokal






TRIBUNNEWS.COM, PACITAN - Belasan resort, cottage, bungalow dan penginapan menghiasi sepanjang pantai Watukarung Pacitan dimiliki oleh warga negara asing.
Penginapan milik warga asing muncul satu persatu sejak 2010 lalu. Hanya dalam waktu tiga tahun, pantai dan tanah-tanah di sekitarnya sekarang ini dikuasai warga asing.
“Kepemilikan tanah di sepanjang pantai sekarang sudah berpindah tangan,” ungkap Prapto (35) salah satu warga kepada Surya.
Penjelasan itu dibenarkan Kepala Desa Watukarung, Wiwid Peni Dwiantari. “Yang di kawasan ring satu sudah habis. Sekarang yang jadi incaran ya tanah di ring dua dan tiga,” jelas Wiwid.
Kawasan ring satu, yang dimaksud Wiwid itu adalah tanah-tanah yang terletak di pinggir pantai sepanjang kurang lebih satu kilomter tersebut. Di sini, bangunan bisa menghadap langsung ke bibir pantai. Cocok sekali untuk menginap para penggila selancar.
Masuknya pemodal asing, membawa keuntungan bagi warga. Tanah-tanah gersang milik mereka, yang dulu tak punya harga tiba-tiba menjadi rebutan.
Empat tahun lalu, tanah itu hanya berkisar Rp 30.000/meter persegi. Itupun untuk menjualnya butuh waktu panjang. Namun sekarang harga tanah itu sudah tembus Rp 1 juta/meter persegi.
Berdasarkan catatan desa, para pemodal asing yang telah masuk ke Pantai Watukarung berasal berasal dari Swiss, Australia, Jepang, Singapura, Filipina dan Jerman.
Wiwid menjelaskan, kedatangan pemodal asing itu dipelopori Rodney Philips Gordon asal Australia dan Mr Gerberroman asal Swiss.
Semenjak kedatangan kedua investor yang membuka usaha mulai 2010, para investor asing secara bergelombang berdatangan dan memborong ratusan hektare tanah di ring satu.
Sebut saja Mr Alex (40) dari Australia, kemudian Pepen (45) berkebangsaan Jepang dan Tominich asal Jerman yang membuka jasa yang sama.
Para pemodal itu rata-rata memiliki jaringan dengan pengelola wisata di Bali, Solo atau Yogjakarta, tiga kota yang memang sudah lama menjadi jujugan turis asing. Biro-biro perjalanan di tiga kota itu pula, yang paling banyak membawa turis asing ke Pacitan.
Sementara biro-biro wisata Jatim, malah tidak ada yang menyentuhnya. Kalaupun ada, adalah biro wisata lokal Pacitan, yang memang bekerja sama dengan biro wisata Bali, Solo, dan Yogyakarta.
Perjalanan menuju Pacitan sendiri memang lebih mudah dan lebih cepat ditempuh dari Solo atau Yogyakarta dibanding lewat Surabaya. Perjalanan menuju Pacitan juga bukan hal mudah. Infrastruktur jalan sempit, berkelok-kelok melewati tebing dan jurang. Apalagi bila ditempuh dari Ponorogo atau Trenggalek.
Jalan dari Yogyakarta dan Solo relatif lebih lebar. Tetapi tetap saja banyak tanjakan perbukitan dan kelokan-kelokan tajam di bibir jurang. Tapi bagi para turis yang gila petualangan, kondisi alam ini justru menjadi surga menantang.
Dari Kota Pacitan masih perlu petualangan alam lagi menuju pantai. Ada 12 pantai yang mengeliling kabupaten terujung Jatim tersebut. Pantai Watukarung termasuk yang agak jauh. Butuh waktu sekitar satu jam, naik turun bukit, dan menerobos hutan lindung.
Di pantai ini gulungan ombak setinggi 5 - 6 meter menjadi daya tarik sendiri bagi para pecinta olah raga surfing kelas dunia. Ombak di sana tergolong tipe reef break dan dasar laut berupa batu karang, namun mampu menghasilkan barrel (lubang) yang akan membuat penggila surfing mabuk kepalang.
Keistimewaan lainnya, Pantai Watukarung memiliki ombak kanan dan kiri, sehingga surfer bisa mengejar ombak dengan leluasa. Biasanya ombak tinggi datang pada bulan April - Oktober yang merupakan bulan terbaik surfer beraksi.
Lokasi surfing paling menantang berada di area Pulau Sirondo yang memiliki ombak barrel yang disebut-sebut terbaik di Asia. Lokasi inilah pernah dicoba juara surfing internasional Bruce Irons.

Tidak ada komentar: