Sabtu, 21 April 2012

Perempuan Cantik Sulit Dapat Pekerjaan?


Kecantikan mungkin hanya soal penampilan luar, tapi apakah wajah rupawan Anda memusnahkan kesempatan Anda mendapatkan pekerjaan?

Menurut sebuah penelitian di dua universitas di Israel, wajah cantik seorang perempuan justru bisa merugikan dirinya sendiri saat tengah mencari pekerjaan.

Para peneliti berkesimpulan bahwa perempuan cantik sering mendapatkan perlakuan berbeda alias diskriminasi. Tetapi bukan karena perusahaan berpendapat perempuan berwajah cantik berarti bodoh.

Alasannya jauh berbeda.

Penelitian itu menyimpulkan, wanita cantik mengalami kegagalan saat wawancara kerja karena para wanita di departemen sumber daya manusia  (HRD) merasa terancam dengan kecantikan mereka.

Di Eropa dan Israel, seperti juga di banyak negara lain, adalah lumrah untuk menaruh foto wajah di resume. Karena itu, metodologi penelitian ini melibatkan pria dan wanita yang mengirim resume ke 2.656 perusahaan. Beberapa mencantumkan foto dan beberapa tidak melakukan hal tersebut.

Sebanyak 93 persen wakil departemen SDM yang menentukan apakah seseorang bisa ikut wawancara berjenis kelamin perempuan.

Beberapa cuplikan penelitian tersebut:

Pria tampan dua kali lebih sering dipanggil wawancara ketimbang pria biasa (atau yang tidak menyertakan foto). Tetapi hal itu tidak berlaku bagi wanita cantik. Perempuan yang tak menyertakan foto justru lebih sering dipanggil wawancara ketimbang yang cantik atau berwajah biasa.

Tetapi para peneliti tidak menyebutkan alasan perbedaan ini. Mungkin saja perempuan yang tidak menyertakan foto dianggap lebih profesional.

Meski perempuan cantik lebih sulit menerima panggilan wawancara, penelitian menunjukkan, ketika sudah diterima perusahaan, mereka memiliki gaji yang lebih tinggi. Bahkan jenjang kariernya naik lebih cepat dibandingkan yang berwajah rata-rata.

Jika memang penelitian ini benar, para perempuan cantik yang sedang mencari pekerjaan tidak usah khawatir. Kecuali Anda seorang aktor atau entertainer, menaruh foto wajah di lamaran atau CV bukanlah sesuatu yang diwajibkan.

Dan jika Anda seorang perempuan cantik dan mendapatkan kesempatan wawancara untuk pekerjaan impian Anda, mengenakan kacamata ternyata bisa membantu menampilkan kesan yang lebih baik.

Taemin (SHINee) ‘Menyesal’ Karena Memiliki Penampilan Cantik


Siaran 18 April dari ‘One Night TV Entertainment’ di SBS menayangkan wawancara dengan Taemin.
Selama wawancara, si reporter berkomentar, “Kami mendengar bahwa senior Patti Kim secara pribadi mengatakan kepada Anda bahwa dia tidak menyukai Anda. Kami ingin mendengar penjelasan.”
”Dia benar-benar mengatakan bahwa dia tidak menyukai saya,” tegasnya. “Ketika saya bertanya mengapa dia seperti itu, dia mengatakan bahwa dia tidak suka karena saya memiliki penampilan ‘cantik’.”
”Apa yang bisa saya lakukan? Saya lahir memang begini,” katanya penuh percaya diri sambil tertawa dan menambahkan, “Saya menyesal karena saya dilahirkan begitu cantik.”

FOKUS: Keprihatinan & Kepikunan PSSI Di Usia Ke-82


82 tahun. Rentang waktu itu tidak sedikit bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Di usia ke-82, tentunya kemampuan manusia akan makin menurun, baik dari segi fisik maupun berpikir. Tidak sedikit manusia yang sudah mencapai usia tersebut berubah menjadi pikun.

Kondisi berbeda dialami sebuah organisasi. Dalam rentang puluhan tahun, sebuah organisasi silih berganti diisi berbagai macam manusia. Di tangan manusia itu lah sebuah organisasi bisa mencapai kejayaan, dan juga bisa mengalami keterpurukan.

Perjalanan selama 82 tahun juga kini dirasakan PSSI. Otoritas sepakbola nasional ini ketika awal berdirinya ditujukan untuk mempersatukan bangsa. Setidaknya itu menjadi cita-cita Ir Soeratin Sosrosoegondo, tokoh yang mendirikan PSSI.

Seiring berjalannya waktu, dan perkembangan zaman, tujuan itu mulai diiringi dengan usaha memprofesionalismekan dan mengindustrialisasikan sepakbola di tanah air. Upaya itu bisa dilihat sejak 12 tahun terakhir.

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Penurunan prestasi dan manajemen PSSI mengarah ke titik nadir. Tahun lalu, kebencian publik sepakbola Indonesia terhadap kepemimpinan Nurdin Halid memuncak, dan akhirnya ketua umum yang menjabat selama delapan tahun itu berhasil dilengserkan.

Publik sepakbola nasional merasa geram dengan kepemimpinan Nurdin. Hal itu tak lepas dari berbabagi keputusan kontroversial, serta status Nurdin yang mengendalikan PSSI dari balik jeruji.

Djohar Arifin Husein pun selanjutnya menjadi harapan bagi persepakbolaan nasional untuk memperbaiki diri, baik dari segi prestasi mau pun manajemen, saat terpilih menjadi ketua umum pada 9 Juli 2011 di kongres luar biasa (KLB) di Solo yang penuh liku dan intrik dalam prosesnya. Djohar pun berusaha mewujudkan itu di bawah kepemimpinannya.

“Semangat Soeratin ini kami perlukan,” demikian pernyataan Djohar dalam sambutannya ketika menggelar syukuran memperingati HUT ke-82 PSSI kemarin.

“Semoga ilmu yang dimiliki bapak Soeratin bisa diturunkan kepada kita untuk membangun PSSI yang lebih baik lagi ke depannya,” ujar ketua umum PSSI-KPSI La Nyalla Mattalitti, ketika datang ke makam Soeratin

Namun kenyataan yang terjadi sesungguhnya sama sekali tidak terlihat. Setelah kompetisi terbagi dua untuk kedua kalinya dengan adanya Liga Prima Indonesia (IPL) dan Superliga Indonesia (ISL), di era ini juga ada dua organisasi. FIFA sudah alergi dengan adanya dua kompetisi, apalagi dengan hadirnya dua organisasi serupa di satu negara. Kondisi ini pun menjalar ke arah grassroot yang ikut terbelah dua.

Kekisruhan berawal dengan penambahan jumlah peserta kompetisi di kasta tertinggi menjadi 24 tim. Penambahan itu mungkin bisa saja diterima bila dilakukan secara tepat. Tapi Djohar justru memasukkan enam tim, tiga diantaranya bermasalah, dan tiga lainnya dikatrol dengan alasan yang tak logis dari sebuah piramida kompetisi.

Terpecahnya kompetisi pun berimbas kepada lahirnya sebuah organisasi tandingan yang juga menamakan diri sebagai PSSI hasil kongres luar biasa (KLB) di Ancol pada 18 Maret 2012. Masing-masing kubu merasa diri mereka yang paling berhak sebagai pengelola sepakbola di tanah air.

Ironisnya, masyarakat tidak lagi hanya disajikan permainan sepakbola di atas lapangan hijau, tapi juga di meja hijau. Pembentukan klub-klub di kasta tertinggi membuat yang tersakiti menempuh jalur hukum.

Selain kasus Persija Jakarta yang masih berlangsung di pengadilan negeri Jakarta Timur, permasalahan Persipura Jayapura juga mencuat ke permukaan. PSSI mengebiri hak Persipura sebagai juara tahun lalu untuk tampil di Liga Champions Asia (LCA) 2012, dan berusaha menggantikannya dengan klub yang menurut kepada mereka.

Permasalahaan ini mendapat sorotan internasional, karena Persipura mengajukan gugatan kepada pengadilan arbitrase olahraga internasional (CAS). Tim Mutiara Hitam pun akhirnya berhak tampil di play-off LCA menghadapi Adelaide United setelah CAS mengabulkan permohonoan tim Mutiara Hitam.

Situasi ini berimbas kepada prestasi tim nasional. Pada final cabang sepakbola SEA Games 2011, 21 November lalu, ketika Indonesia menjadi tuan rumah, timnas U-23 hanya mampu meraih medali perak setelah dikalahkan Malaysia.

Di ajang lebih tinggi, timnas senior mengalami hasil terburuk sepanjang keikutsertaan di kualifikasi Piala Dunia. Sebuah rekor terpecahkan saat Indonesia dibantai Bahrain sepuluh gol tanpa balas di laga terakhir Grup E kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia. Genap sudah timnas tidak mendapatkan satu angka pun di ajang tersebut. PSSI saat itu tidak memanggil pemain yang tampil di ISL, dan hanya menurunkan pemain muda dari kompetisi IPL.

Situasi makin diperparah dengan pernyataan FIFA yang ingin melakukan investigasi terhadap hasil pertandingan. Tidak hanya kemungkinan Bahrain bermain dalam upaya mereka lolos ke putaran final, tapi alasan PSSI yang menurunkan tim lemah di laga menentukan itu.

Keterpurukan tidak hanya berhenti sampai di situ. PSSI kembali ditohok dengan kekalahan timnas U-21 dari Brunei Darussalam di final turnamen Piala Hassanal Bolkiah. PSSI juga tidak menyertakan pemain dari kompetisi ISL yang dianggap sebagai breakaway league.

PSSI pun makin diharapkan bisa bangkit tidak hanya dari segi prestasi, tapi juga manajemen. Tentunya pecinta sepakbola nasional berharap agar diusia ke-82 tahun PSSI makin membaik, bukan bertambah pikun dengan melupakan apa yang menjadi cita-cita Soeratin.

“Saya ingin agar PSSI dapat menjaga sepakbola Indonesia tetap bersatu, karena itu merupakan tujuan dibentukan PSSI oleh eyang kami. Saat itu, beliau bisa mempersatukan pemuda-pemudi Indonesia, kenapa sekarang tidak bisa,” kata Wuly Soekartono, cucu Soeratin.

Korupsi Ruang Publik di Sekitar Kita

Foto: Robin Hartanto

Penguasaan lahan publik oleh suatu pihak tertentu sudah jadi pemandangan sehari-hari. Parahnya, kelakuan ini tidak mutlak milik pribadi atau swasta, tapi juga oleh institusi negara.

Di Jakarta, badan jalan — yang merupakan lahan publik — berubah jadi lahan parkir oleh Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia dan Kementerian Pekerjaan Umum.

Jalan Trunojoyo, depan Mabes Polri




Rakyat tak kuasa, hanya bisa mengalah. Mereka pasrah jalan-jalan milik umum sudah dipatok, seperti terjadi pada zaman penjajahan. Tidak boleh dan tidak bisa melintas.

Perilaku di seputar kantor pemerintahan ini tampaknya ditiru dengan baik oleh masyarakat pemilik modal di kawasan tempat tinggal mewah, seperti di kawasan Kebayoran Baru.

Lazim kita temui, jalan-jalan di sekitar tempat tinggal pemilik modal besar dipagari dengan portal besi, seolah jalan umum itu adalah bagian dari pekarangan rumah. Mereka mudah saja melakukan itu, dan membayar satuan pengamanan untuk menjaga.

Jalanan di depan Kementrian Pekerjaan Umum, Jakarta Selatan.

Di lihat dari sisi ekonomi, jalan yang dikuasai itu berstatus barang publik. Artinya, Siapa pun berhak menggunakan, karena menjadi fasilitas bagi masyarakat umum. Jalan itu sebenarnya tidak gratis, karena dibayar oleh warga secara tidak langsung (melalui pajak).

Barang publik dikelola dan dikuasakan kepada pemerintah untuk mengelolanya. Sesuai kodratnya, sifat barang publik adalah “non excludable” atau tidak eksklusif. Tidak ada orang yang berhak menghalangi orang lain untuk menggunakan manfaatnya.

Karena itu, tidak ada pula yang boleh menguasainya untuk kepentingan sendiri.

Selain itu, sifatnya pun “non-rivalry” alias bisa dimanfaatkan secara bersama tanpa saling menghilangkan manfaat yang didapat masing-masing pengguna. Jika ada satu pihak memanfaatkan jalan itu — dan karenanya mengurangi manfaat yang diterima pihak lain (bahkan hilang) — maka secara ekonomi ini merupakan pelanggaran.

Bayangkan, betapa besarnya pemasukan negara seandainya lahan-lahan yang dikuasai secara sepihak itu harus disewa.

Karena itu, penguasaan jalan utama, bahu jalan, atau trotoar oleh suatu pihak — atau ironisnya kantor pemerintahan — tidak bisa dibenarkan. Barang publik kehilangan maknanya, karena sudah menjadi barang pribadi.

Negara harus memungut pajak atas lahan tersebut.

Pihak yang menguasai barang publik tanpa membayar pajak sungguh jahat. Mereka mengambil manfaat secara sepihak, padahal lahan publik dibiayai oleh masyarakat. Sungguh tragis pelanggaran seperti ini dibiarkan dan terjadi pula di sekitar kantor pemerintah.

Apa dasar tindakan Markas Besar Kepolisian RI mencaplok lahan umum? Mungkin saja Undang-Undang Jalan Tahun 2004 yang menyebutkan, penguasaan jalan ada pada negara dan dikuasakan kepada pemerintah.

Mungkin saja UU ini dipahami secara terang-terangan — karena dianggap menguasai, jadi berhak ada pematokan jalan.

Tetapi bukankah ada aturan hukum lain, misalnya Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi? Di situ disebutkan, definisi korupsi adalah perbuatan melawan hukum, bermaksud memperkaya diri sendiri atau orang lain, dan dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara.

Kalau ini yang dijadikan landasan, bahu jalan dan trotoar di sekitar kantor pemerintah semacam Kementerian PU harus diselidiki. Sebab, fasilitas publik itu memberikan manfaat kepada pihak yang menyewakannya kepada para pedagang dan lahan parkir. Merugikan keuangan negara? Tentu.

Kemudian penutupan jalan dengan portal oleh swasta, tentu bisa juga masuk kategori korupsi seandainya mendapat restu dari institusi pemerintahan. Misalnya, mendapat pengamanan resmi dari kepolisian atau izin dari pemerintahan di tingkat paling kecil semacam kelurahan.

Inilah korupsi ruang publik yang secara nyata terjdi di depan mata, seolah ingin menyimbolkan betapa (tak) berkuasanya pemerintah dan betapa berkuasanya para pemilik modal besar di kawasan perumahan mewah.

Bahkan jatah rakyat pun dirampas. Mengenaskan.

Mengaku Sebagai Justin Bieber Agar Bisa Telanjangi ABG

  • Mengaku Sebagai Justin Bieber Agar Bisa Telanjangi ABGMengaku Sebagai Justin Bieber Agar Bisa Telanjangi ABG

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria asal Kanada, mengaku-ngaku sebagai bintang pop remaja, Justin Bieber, di dunia maya, dan meminta seorang gadis remaja berusia 12 tahun, melakukan aktivitas seks dengannya melalui dunia maya.

Gadis itu, yang tinggal di New Jersey, Amerika Serikat (AS), menurut Wakil Jaksa Penuntut Kota Essex, John Laurino, meyakini Joe Lee Moir, (34), adalah Justin Bieber. Mereka akhirnya mulai menjalin hubungan dengan berbalasan surat elektronik, e-mail.

"Ia mulai meminta gadis itu untuk menanggalkan pakaiannya di depan kamera, dan aktivitas seksual lainnya," ujar John, seperti dikutip dari CNN, Jumat (20/4/2012).

Suatu waktu, Joe, meminta gadis itu untuk melakukan aktivitas seks di kamera, lalu kemudian memerasnya, dan mengatakan akan mengunggah, rekaman itu, ke sebuah situs porno.

Belum diketahui, bagaimana pihak berwenang, mengetahui kasus gadis itu, namun mereka berhasil menangkap Joe, setelah menjebaknya.

Seorang petugas polisi, menjebak Joe dengan berpura-pura sebagai seorang gadis berusia 14 tahun, dan meminta bertemu dengannya. Joe ditangkap oleh petugas polisi, pada 4 April 2012.

"Penangkapan ini, membuktikan bahaya yang mengancam anak-anak di dunia maya,'' kata Asisten Jaksa, Deborah Freier, yang menangani kasus ini.

Pihak berwenang meyakini Joe telah melakukan kontak dengan sejumlah gadis di bawah umur lainnya yang berasal dari, Amerika Serikat (AS), Kanada, Prancis, Australia, dan Filipina melalui akun Facebooknya. Ia biasa menggunakan nama
Lee Oneel, Lee Moir, YodaYoda01, and Justy.Beber1, saat mencari korbannya di dunia maya.

Beberapa Pemain QPR Akan Tolak Jabat Tangan John Terry


Para pemain Queens Park Rangers dikabarkan akan melakukan sebuah pertemuan jelang pertandingan lawan Chelsea pada 29 April mendatang, demikian dilansir The Daily Mail.

Pertemuan tersebut adalah pembahasan tentang apakah mereka perlu melakukan jabatan tangan dengan bek Chelsea, John Terry.

Tampaknya para pemain QPR masih menunjukkan solidaritas terhadap rekan mereka, Anton Ferdinand, yang mendapatkan perlakukan rasis dari Terry pada 23 Oktober lalu.

Pihak Chelsea, QPR, dan penyelenggara Liga Primer Inggris masih mendiskusikan apakah masalah penolakan jabat tangan akan mempengaruhi proses pengadilan. Untuk mencegah kemungkinan itu, hanya sejumlah pemain QPR yang akan melakukan penolakan berjabat tangan karena tindakan kolektif bisa membawa masalah.

Apakah Terry akan tampil dalam pertandingan itu? Padahal, dia masih merasakan sedikit cedera. Berhubung Branislav Ivanovic menjalani sanksi dan David Luiz berurusan dengan cedera hamstring, bisa saja Terry akan tetap ditampilkan.