Minggu, 03 Januari 2010

Gus Dur di Mata Aktivis



WAFATNYA Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid yang terlalu cepat, menggores luka bagi sebagian kalangan aktivis mahasiswa yang pernah aktif menumbangkan rezim Orde Baru. Saya sendiri begitu kehilangan atas kepergian Gus Dur, karena almarhum semasa era Roformasi, begitu dekat dengan kalangan para mahasiswa.
Gus Dur tak pernah membedak-bedakan latar belakang mahasiswa yang ingin bertukar pikiran. Ketika saat itu masyarakat alergi bicara soal perbedaan, tapi almarhum justru mengajak mahasiswa untuk berdebat dengan gaya jenaka.
Saya masih ingat, ketika aktif turun ke jalan berunjuk rasa menumbangkan rezim Soeharto, kala itu menjabat sebagai Sekretaris Umum Senat Mahasiswa STIE Nusantara Jakarta. Saya dan ratusan mahasiswa STIE Nusantara untuk bergabung bersama aktivis Forkot yang bermarkas di kawasan kampus UKI Jakarta.
Tentunya, kami mantan mahasiswa di era’98 berduka ditinggal Gus Dur. Bagi saya, Almarhum sangat dekat di hati kami para aktivis’98.
Waktu itu pun saya terheran-heran, karena sepak terjang Gus Dur mampu mengimbangi elit-elit politik lain, yang lebih dulu berkiprah di partai politik. Apalagi menjelang kejatuhan Pak Harto, Gus Dur mampu memberikan penyegaran politik bagi para mahasiswa, yang merupakan orator dan ujung tombak demonstrasi.
Pemikiran yang kontroversial dengan gaya humoris tersebut, sebenarnya mirip dengan pemikiran-pemikiran yang ada pada diri Bung Karno. Bedanya ya cuma warna, Gus Dur adalah pemimpin Nahdliyin sedangkan Bung Karno adalah pemimpin revolusioner yang dekat dengan kaum Marhaen.
Saya juga kaget, sewaktu Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Mungkin inilah yang menjadikan Gus Dur, begitu dekat dengan kelompok minoritas.
Nah, setelah Gus Dur tiada, sudah saatnya Pemerintah memberi anugerah gelar Pahlawan Nasional, tanpa perlu adanya tekanan politik. Ini karena Gus Dur merupakan tokoh nasional bahkan di manca-negara, yang namun dekat di hati rakyat kecil.

Tidak ada komentar: