Senin, 30 Agustus 2010

Medan Magnet Bisa Mengubah Moral Seseorang

Mudah-mudahan kita tidak menjadi korban pencucian otak 

medan magnet













Penilaian moral seringkali tidak ada hubungan dengan hasil atau akibatnya tetapi lebih berhubungan dengan maksud atau tujuan. Sebagai contoh kasus pembunuhan: Sistem hukum di Indonesia maupun Amerika Serikat membedakan kejahatan yang dilakukan tidak terencana dan kejahatan yang terencana. Namun penilaian moral tidaklah sesuci seperti yang kita yakini: ilmuwanMIT menunjukkan bahwa mereka bisa mengubah penilaian moral kita hanya dengan mengganggu bagian tertentu otak kita dengan medan magnet.

Penelitian menunjukkan bahwa bagian kanan temporo-parietal junction (TPJ) otak menunjukkan aktifitas tinggi ketika kita melakukan penilaian moral seperti mengevaluasi maksud orang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa bagian itu penting untuk membuat keputusan moral. Akan tetapi, ketika kita suka berpikir, kita sangat konsisten dengan moralitas kita, tim dari MIT menunjukkan bahwa medan elektromaknetis yang ditempelkan di kulit kepala melemahkan kemampuan kita untuk mengevaluasi maksud orang lain, menyisahkan kita sedikit saja kemampuan untuk melakukan penilaian moral.

Penelitian itu mengandalkan non-invasive transcranial magnetic stimulation (TMS) untuk mengganggu bagian kanan TPJ, menghalangi sesaat tembakan normal neuron di wilayah itu. Pada satu eksperimen, para peserta diberikan TMS selama hampir setengah jam lalu diminta untuk menjawab soal-soal di mana mereka harus menilai aksi orang-orang berdasarkan maksud mereka. Pada tes kedua, para subyek dipukul dengan ledakan  500-milidetik TMS tepat saat mereka mulai mengevaluasi masalah moral.

Pada kedua kasus, para subyek kontrol mampu mengevaluasi bahaya dan moralitas dari maksud orang-orang, sedangkan mereka yang diberikan TMS membuat penilaian berdasarkan hasil semata. Sebagai contoh, satu pertanyaan umum dilontarkan apakah secara moral diperbolehkan bagi seorang pria untuk mengijinkan pacarnya menyebrangi jembatan yang dia tahu tidak aman walaupun pada akhirnya pacar dia berhasil menyebrangi jembatan itu dengan selamat. Para subyek kontrol mengetahui maksud untuk membahayakan secara moral tidak diperbolehkan, tapi mereka yang diberikan TMS sebagian besar mendasarkan penilaian mereka semata-mata hanya pada hasilnya; tak berbahaya, tak ada pelanggaran.

Penelitian itu tidak hanya menunjukkan bahwa moral kita tidak sepenuhnya tak bisa terganggu, tapi juga memberikan penerangan tentang cara otak mengatur dan membuat pembagian keputusan moral. Hal itu juga memperkuat sesuatu yang kita semua tahu secara intuisif benar: mencari perbedaan antara benar dan salah adalah sesuatu yang tidak gampang.

sumber: popsci

Tidak ada komentar: