Sebuah Kisah Nyata dan Kesaksian Kristen – Pemulihan Keluarga
Awal hubungan mereka bermula sejak mereka masih di bangku SMA. Hingga hari kelulusan tiba, Aprianus di terima dalam PMDK di Unviersitas Pajajaran di Bandung dan Winda pun mendapat PMDK di Unversitas Indoneseia.
“Sudahlah Win Bandung kan dekat dengan Jakarta,” Aprianus menghibur.
“Tapi kan kita gak bisa tiap saat ketemu, kalo aku butuh kamu?” jawab Winda.
“Kita kan bisa surat-suratan,aku janji kamu jodoh aku”Balas Aprianus.
Bagi Aprianus pribadi,dia sudah sangat yakin bahwa Winda merupakan pasangan hidupnya.
Rangkaian nada yang indah selalu terukir lewat nada rindu dalam cerita saat mereka bertutur melalui surat yang dirajut untuk menjalin hubungan jarak jauh mereka.Surat demi surat mereka kirimkan untuk mengobati rasa yang ada di dalam hati.
Mereka hanya bertemu sewaktu liburan saja. Hingga pada tanggal 6 September 1986, saat itu merupakan ulang tahun dan mereka merayakannya berdua. Sebuah pemberian dihadiahkan Aprianus kepada Winda sebagai tanda cintanya. Namun pada saat indah itu, sebuah pernyataan jujur dari Winda membuat Aprianus sangat terluka.
“Sebelumnya aku mau jujur deh sama kamu kalo aku lagi deket sama seseorang di kampus.”
“ya gak papa lah,” jawab Aprianus.
Ternyata apa yang diucapkan di mulut, tidak sama dengan apa yang dirasakan dalam hati Aprianus. Sebenarnya Aprianus merasa sangat kesal saat itu.
Dalam kehidupan ini seringkali kenyataan terjadi tidak seperti yang diharapkan. Satu surat yang Winda kirim kepada Aprianus, kembali menyayat dan menggoreskan luka pada hatinya.
“Ini mungkin akan jadi surat yang terakhir dariku. Dengan perbedaan yang ada pada hubungan kita, kita tidak mungkin bersatu. Orang tuaku juga tidak menyetujui hubungan kita karena adanya perbedaan yang sangat mendasar itu, mereka juga mendesak agar aku segera menikah hingga aku meng-iya-kan ajakan pacarku untuk bertunangan. Akan tetapi dari semuanya itu aku katakan, bahwa buatku namamu akan selalu terukir indah di hatiku”.
Kejadian itu berdampak besar terhadap diri Aprianus. Karena sakit hati, Aprianus berubah menjadi pribadi yang keras, dan hal itu merupakan titik jatuhnya Aprianus dalam dosa freesex.
“Kehidupan sex saya waktu itu bebasnya luar biasa. Saya merasa sewaktu melakukan itu, menjadi suatu kebangaan dan menjadi seperti candu, bahkan hampir menjadi kegiatan rutin.” tutur Aprianus.
Walau hubungan mereka sudah putus, Winda masih sering mengirim surat kepada Aprianus, tapi karena rasa sakit hatinya, Aprianus sudah tidak peduli lagi dengan surat-surat itu.
“Waktu itu saya masih banyak berpasangan dengan wanita lain, tetapi memang saya waktu itu pikir, memang saya tujuannya untuk merusak.”
Demikian perasaan sakit hati yang masih tersisa dan dendam membuat Aprianus ingin merusak masa depan Winda. Hal itu mendorong Aprianus mengutarakan keinginannya untuk melamar Winda.
“Saya pikir saya cukup nakal juga yah, saya punya mungkin 20 daftar nama wanita yang akan saya tanya seperti itu. Ternyata unik juga karena pertama dia gak berani dan meminta waktu 1 minggu untuk memberi jawaban, dan waktu 1 minggu kemudian saya kembali ke kantor Winda dan bertanya tentang keputusan Winda, ternyata Winda berkata, Ya udah kalo kamu berani datang aja ke rumah dan bicara sama ayah layaknya pria yang melamar”
Maka dengan niat yang sudah bulat Aprianus datang kerumah Winda untuk melamar. Namun ketika Aprianus datang ternyata tidak di sambut dengan baik.”Apa melamar? Memangnya anak saya anak kucing?? Daripada kawin sama kamu lebih baik saya bunuh anak saya sekarang!”
Dengan sebuah samurai, ayah Winda memegang kepala Winda hendak membunuhnya. “Istri saya waktu itu sudah cukup berani ,dia majukan lehernya dan rambutnya di pegang ayahnya, dan dia berkata, saya aja pak yang di bunuh, itu bukan salah dia. Waktu itu sudah saya tidak bisa apa-apa dan diam saja.”
Sang ibu saat itu langsung datang mencoba menahan serta menyadarkan ayah Winda hinga tidak terjadi hal yang mengerikan itu.
Dengan segala kendala, keterbatasan dan penolakan dari kedua belah pihak orang tua mereka, mereka nekat melangsungkan pernikahan meski tanpa persetujuan orang tua mereka. Pernikahan mereka dihadiri tidak lebih dari lima orang, termasuk pendeta yang memberkati pernikahan mereka.
Namun dalam perjalanan pernikahan mereka sebuah peristiwa tragis dan menyedihkan harus dialami oleh Winda dan Aprianus. Di depan mata Winda, Aprianus di culik oleh orang-orang suruhan mantan kekasih gelap Aprianus.
“Kira-kira cuma satu minggu sesudah menikah, kami buka kos di Rajawali, disekitar kota. Saya gak tahu bahwa kami itu sudah diikuti dan begitu sampai lampu merah mereka menghentikan mobilnya di depan kami, dan saya diculik.Pada saat itu saya berkata pada Winda bahwa saya pasti akan kembali.” Dan sejak saat itu mereka tidak bertemu.
Wanita yang pernah dekat dengan Aprianus lah yang menjadi dalang semua ini dengan tujuan akhir Aprianus dipaksa untuk menikahinya.
“Sebetulnya saya sudah jelaskan, saya tidak bisa menikah karena saya sudah ada istri. Tapi mereka merekayasa bahwa orang tua saya sudah mati ,dan saya dibuatkan KTP dan dibilang bahwa saya belum pernah menikah, yah cukup memalukan”.
Dengan segala cara dan akal setelah satu bulan lebih diculik, Aprianus bisa lari dari cengkraman wanita yang memaksa dia untuk menikah. Sekembalinya ke Jakarta oleh usulan ayahnya Aprianus dikirim ke New Zealand, selain menjauhkan dari wanita itu juga memisahkan Aprianus dari Winda. Namun dengan segenap keberanian, meski dianggap menentang mertuanya Winda menyusul Aprianus ke New Zealand.
“Selama di sana saya berdoa semoga sewaktu saya kembali ke Indonesiasaya di terima oleh keluarga saya ,dan puji Tuhan ketika kami kembali saya di terima di keluarga tetapi sebaliknya keluarga Aprianus belum bisa terima,” tutur Winda.
Bila ditanya soal kegigihan, Aprianus sangatlah mencintai Winda dan Aprianus berkata bahwa Winda tidak akan pernah lepas darinya. Hal itu dibuktikan Aprianus dengan menentang bapaknya dan berkata, “kalau perpisahan saya dengan Winda dikarenakan pihak ke 3 saya gak mau,tetapi bila ada masalah internal di antara keluarga kami saya bersedia,tapi kalau ada masalah dari luar saya tidak akan pernah meceraikan dia”.
“Kalau waktu saya melihat istri saya gigih seperti itu rasanya hati saya itu terharu, karena apapun keadaan yang kami alami dia tidak pernah mengeluh dan tetap percaya dengan Tuhan, saya tahu bahwa dia adalah wanita terbaik yang telah Tuhan kasih pada saya.”
Namun iblis melihat celah dalam kehidupan Aprianus, sebuah godaan kembali ditawarkan kepadanya.
“Pada saat saya mengontrak sendiri di Bogor, dan disitulah ada seorang wanita paranormal. Di alam bawah sadar saya, kalimat dari ayah saya yang mengatakan bahwa saya tidak akan pernah jatuh cinta terhadap wanita lain muncul kembali, rasanya saya seperti ingin memberikan pembuktian bahwa saya masih bisa dengan wanita lain di luar istri saya. Dan saat itu saya di tantang untuk menikah, padahal saya tahu saya sudah punya istri dan juga anak.”
Saat itu Aprianus membuat sebuah perjanjian dengan wanita yang menjadi selingkuhannya tersebut, “Kalau sampai istri saya tahu tentang hubungan kita ini,kita akhiri hubungan kita”
Walaupun menyadari bahwa hal tersebut mempermainkan Tuhan dan menyakiti hati istrinya, Aprianus tetap menjalankan rencananya.
Suatu hari ayah Aprianus menderita sakit parah dan sudah mendekati hari-hari terakhirnya. Seminggu sebelum dia meninggal, dia minta setiap hari diadakan kebaktian pelepasan, pengampunan, dan minta maaf terhadap orang-orang. Saat itulah sebuah perdamaian terjadi antara ayah dan anak, Aprianus pun mendapatkan restu dari sang ayah.
Dan setelah itu Winda dan anaknya juga datang. Winda dan anaknya akhirnya diterima oleh ayah Aprianus, karenanya Winda pun merasa sukacita karena doanya terjawab. Namun pada waktu itu, Windapun mendengar cerita tentang hubungan suaminya dengan wanita lain.
“Sebagai wanita, dimana-mana secara kedagingan pasti kecewa”.
Dan pada hari itu juga Aprianus memutuskan untuk memutuskan hubungan dengan wanita lain itu sesuai dengan perjanjian yang ada.
“Tapi setelah saya memutuskan itu, yah…tetaplah saya menerima akibat dari dosa itu. Mulai saat itu ada terror dari wanita tersebut terhadap istri saya.”
Sepeninggalan ayahnya tanpa pekerjaan yang jelas membuat Aprianus hanyut dalam dunia perjudian. Mulai dari tahun 2000 hingga 2004, setiap hari pekerjaan Aprianus hanyalah berjudi. Dia membohongi istrinya bahwa dia memperoleh pekerjaan main limbah plastik, limbah kertas, dan ada borongan sana-sini, tapi sebenarnya dia berjudi.
Seringkali Aprianus memberi obat tidur dalam minuman istrinya, supaya dia bisa pergi dengan tenang. Hingga suatu saat, sewaktu Aprianus tidak ada modal, dia mulai menjual barang-barang yang ada dirumahnya. Satu persatu barang-barang terus dijual sampai Winda bingung kemana semua barangnya. Sewaktu Aprianus ditanya oleh istrinya, dia menjawab dengan berbagai alasan seperti sedang diservice, sedang disewakan, dan berbagai alasan lainnya. Bahkan Aprianus pun akhirnya terjerat hutang terhadap rentenir sebesar 500 juta lebih.
“Tiap malam saya sedih bila dia ngga pulang. Saya bilang sama Tuhan, dimanapun dia berada saya minta Tuhan menyertai dia, biar supaya langkah kakinya dia Engkau yang lindungi dan dimanapun dia berada, dia segera pulang ke rumah. Di saat semua orang tidak ada yang mau menerima saya, di saat semua orang menjauhi saya ternyata hanya Tuhan yang masih mau menerima saya.Waktu saya doa, saya dengar Dia bicara, saya tahu Dia bimbing saya dan memberikan saya kekuatan. Bila tidak ada Tuhan Yesus pasti saya sudah tidak kuat. Bila dia belum pulang saya suka keluar pada pukul 12, saya mencari suami saya kemana dia pergi. Tapi waktu itu saya ada kekuatan, saya tahu Tuhan beserta saya.”
Hingga pada suatu hari, Aprianus melihat pemandangan yang menyedihkan hatinya.
“Pada waktu pagi-pagi sedang hujan, istri dan anak saya mungkin mengira saya masih tidur. Saat itu istri saya akan mengantar anak saya berangkat ke sekolah dengan menunggu ojek, karena tidak ada mobil. Waktu itu hati saya merasa kalau saya benar-benar orang paling jahat di dunia ini. Saya ngak tega melihat anak dan istri saya. Istri saya pegang payung dan anak saya kedinginan mau pergi sekolah.”
Saat itulah Aprianus datang kembali kepada Tuhan, sebuah kesadaran akan dosanya membawa Aprianus berubah.
“Saat itu juga saya masuk kamar dan saya bilang, Tuhan saya manusia paling jahat di dunia, Tuhan bukankah saya dulu orang yang sangat mengasihi engkau? Dan pada saat itu saya merasa kepala saya itu dibukakan dan saya harus kembali ke jalan yang benar. Dan saya juga meminta Tuhan untuk memberikan kesempatan buat saya berubah,” tutur Aprianus pada Solusi.
Pemulihan mulai terjadi hari demi hari, seiring dibukanya tempat persekutuan doa di rumah mereka.
Aprianus berpikir apabila rumahnya dijadikan tempat orang berdoa maka rumah ini menjadi rumah Tuhan, maka perbendaharaan pasti ada disitu. Hingga pada saat itu ada yang memberikan Aprianus sebuah proyek pembangunan rumah, saat itu Aprianus terkejut karena masih ada orang yang percaya padanya.
“Ada seseorang mempercayakan saya untuk bangun rumahnya. Itu seharga tiga ratus juta. Saya waktu itu saya sudah terkejut. Kenapa? Kok masih ada orang yang percaya dengan saya. Dan disitu pertama kali FA ada disini, kemudian ada miracle saya dikasih perkerjaan pertama. Karena sebelumnya saya sudah hopeless. Karena apa? Untuk membayar bunga hutang saja saya sudah tidak bisa”
Dari kesetiaanya menangani proyek-proyek kecil,dia dipercayakan dengan proyek-proyek yang lebih besar. Dan ini menjadi tonggak pemulihan ekonomi keluarga mereka. Tidak hanya itu, keakraban dalam keluarga terbina lebih kuat.
“Jadi Saya itu merasakan Tuhan Yesus itu ada dan selalu membela saya dimanapun saya berada, apapun yang terjadi dalam hidup saya. Hingga saat ini saya merasakan hidup berkemenangan dan lebih dari pemenang.” Winda menutup kesaksian hidup mereka.
Sumber Kesaksian :
Aprianus D Silalahi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar