Semua orang mendambakan kebahagiaan, mulai dari seorang filosofis yang mempunyai pemikiran sangat tinggi sampai orang bodoh dengan kesederhanaannya. Sang Konglomerat di Rumah besarnya maupun petani di gubuk sederhananya, sama-sama tidak menghendaki kecemasan dan kegelisahan. Yang menjadi pertanyaan saya "di manakan letak kebahagiaan itu?"
Kebanyakan dari kita mencari bukan pada sumbernya sehingga kebanyakan dari kita pulang dengan tangan hampa, lelah, sedih dan putus asa. Pada Jaman yang serba globalisasi dan modern seperti sekarang ini mencoba mencari kebahagiaan pada kekayaan materi sesaat dan berbagai ragam pemenuhan kebutuhan inderanya, tetapi ternyata tidak di temukan dan di dapatkan juga, sebab setiap kali terpenuhi satu kebutuhan akan selalu muncul kebutuhan baru untuk kita. Karena pada hakikatnya manusia tidak akan pernah puas.
Rasa bahagia merupakan ekspresi rasa puas atas tercapainya suatu harapan atau cita-cita. Baik itu karena menyangkut diri kita langsung atau tidak langsung karena keberhasilan orang lain.Ada tujuh indikator tentang kebahagian yakni hati yang selalu bersyukur; pasangan hidup yang soleh/soleha; anak yang soleh/soleha; lingkungan kondusif untuk membangun iman; memperoleh dan membelanjakan harta yang halal; semangat untuk memahami agama; dan umur yang baroqah.
Bersyukur ibarat rantai yang menarik satu nikmat dengan nikmat yang lainnya. Jika diibaratkan nikmat-nikmat yang Allah berikan itu seperti roda, maka rantai-rantai syukur ini adalah rantai penghubung satu roda dengan roda lainnya.
Kalau kita memutuskan rantai syukur, otomatis roda-roda yang dihubungkan dengan rantai tersebut akan terlepas dengan sendirinya. Tanpa syukur kita tidak akan dapat merasakan nikmat yang Allah berikan di dalam hati. Dengan syukur, kita akan selalu mampu ‘merasakan’ kelezatan nikmat yang diberikan-Nya.
Dari banyak pengalaman dan berinteraksi dengan orang-orang dari multidimensi atau berbagai umur dan kalangan, saya bisa mengira-ngira ternyata kebahagian seseorang itu tidak bisa di ukur oleh orang lain. Yang hanya bisa mengukur itu sendiri adalah Individunya sendiri yang merasakannya karena setiap orang mempunyai tujuan hidup dan pemikiran yang berbeda-beda. Saya sebagai penulis juga mulai berfikir di manakah letak kebahagiaan diri saya sendiri? itupun sudah saya planning dari sejak dini agar cita-cita saya tercapai dengan baik dan sukses.
Kita sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna seharusnya tidak harus cepat putus asa dengan apa yang kita dapat dan kita punya. Selalu berpikir positive dan terus gunakan pikiran kita untuk mendapatkan yang lebih baik. Faktor penting dalam kebahagian juga tersirat dari Allah SWT, Keluarga, Sahabat , orang-orang spesial di sekitar kita dan juga diri kita sendiri.
Jadi "Dimanakah Letak Kebahagian kita?", cuma kita sendiri yang bisa menjawab dan menentukan takdir kita sendiri , mau di mana ke mana kehidupan dan kebahagiaan kita. Jangan sia-siakan masa muda kita, teruslah berfikir positive, jangan sia-siakan waktu dan hal-hal yang bukan prioritas kita. Hadapilah Hidup dengan senyum, jangan buat diri kita itu beban, jangan pikirkan masalah yang mnurut anda tidak penting, move on dan terus lah kejar cita-cita serta carilah motivator buat diri kita sendiri.
Giealfonsin.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar