Selasa, 17 April 2012

Balada PSSI, Timnas dan Liga Super

Oleh: Hedi Novianto


PSSI memanggil 45 pemain gabungan dari Liga Super Indonesia (LSI) dan Liga Primer Indonesia (LPI) untuk mengikuti seleksi tim nasional. Mereka yang terpilih dipersiapkan tampil di Al-Nakbah International Tournament, Palestina, bulan Mei mendatang. Menurut PSSI, keputusan ini dalam rangka rekonsiliasi sepakbola nasional. Sebuah niat baik yang sungguh positif.

Namun sayang, niat baik saja tak cukup. Pemanggilan yang tidak pas waktunya dan aneh justru melahirkan pertanyaan apakah ini sebuah langkah panik dari PSSI (setelah rival mereka KPSI juga memunculkan rencana membentuk timnas sendiri)? Atau ini sekadar pencitraan yang dapat digunakan sebagai permainan fakta dalam pertikaian PSSI vs KPSI?

Ajang persahabatan di Palestina tersebut sebenarnya turnamen yang bagus karena diikuti oleh tim kuat seperti Irak, Tunisia dan Uzbekistan. PSSI patut dipuji karena memutuskan ikut ambil bagian. Namun, karena turnamen ini tidak dilaksanakan pada kalender internasional FIFA yang resmi maka para peserta dipastikan tidak tampil dengan para pemain seniornya, kecuali tim Indonesia.

Sebagai informasi, setiap tahun FIFA memiliki 13 kalender internasional resmi. Di kalender inilah, setiap tim (senior) di dunia akan bermain — entah di laga kualifikasi turnamen besar atau hanya laga persahabatan (friendly) resmi. Pada masa kalender ini pula setiap klub profesional wajib melepas para pemainnya yang dipanggil tim negara masing-masing. Bila klub menolak, dijamin akan mendapat sanksi keras dari FIFA.

Kalender internasional resmi yang terdekat pada 2012 ini adalah 1-5 Juni mendatang. Jadi sudah pasti, tim seperti Irak, Tunisia dan Uzbekistan tidak akan bisa memanggil para pemain terbaiknya yang berada di klub-klub profesional untuk bermain di Al-Nakbah International Tournament. Vietnam yang akan ambil bagian pun sudah memastikan bakal menurunkan tim U-19.

Kembali ke Indonesia, sejumlah klub Liga Super sudah memutuskan untuk tidak melepas para pemainnya. Dalih utama mereka: karena masih berada di tengah kompetisi. Entahlah, apakah alasan pengelola klub itu juga didasari pemahaman mereka mengenai masalah kalender internasional tadi.

Di satu sisi, keputusan klub-klub itu dibenarkan. Mereka berhak menolak karena ini bukan dalam rangka kalender internasional resmi. Adapun beberapa pemain LSI yang dipanggil terkesan menolak karena dengan alasan normatif mereka membela klubnya yang berada di bawah KPSI.

Kebiasaan PSSI sejak lama yang sering mengacaukan kompetisi antarklub belum berubah meski telah berganti rezim. Memanggil pemain ke tim nasional di tengah kompetisi sungguh bukan keputusan profesional. Dan tidak lazim. Tim nasional memang penting, tetapi kompetisi pun tidak kalah penting.

Di kawasan yang sepakbolanya sudah maju, kompetisi klub akan libur sejenak ketika tim nasional ada kegiatan (kalender internasional). Selain itu, ada sponsor dan pihak ketiga lainnya yang juga perlu diperhatikan kepentingannya.

Implikasi pemanggilan tersebut juga menjadi panjang. Apakah itu berarti LSI yang selama ini diklaim sebagai liga terlarang oleh PSSI dan juga FIFA berubah menjadi legal? Bila belum berubah, bagaimana dengan status pemain tim nasional dari Liga Super? Sah atau tidak? Artinya larangan LSI untuk berpartisipasi dalam kegiatan PSSI yang selama ini ditegaskan menjadi mentah.

Tim Indonesia yang akan tampil nanti ditangani Nil Maizar. Mantan arsitek Semen Padang ini pelatih bagus. Tetapi masalahnya kapan Nil melakukan pemantauan pemain yang jumlahnya mencapai lebih dari 30 orang itu dan berasal dari dua liga pula. Betulkah daftar pemain yang dipanggil adalah berdasarkan penilaian Nil?

Tentu saja senang melihat tim nasional berisi pemain terbaik Indonesia. Namun manajemen PSSI juga perlu bekerja dengan pengelolaan yang rapi sesuai aturan main. Jangan mengikuti PSSI lama yang selalu bekerja asal-asalan. Sudah selayaknya PSSI lebih dulu menyatakan apakah LSI legal atau tidak?

Jangan sampai hanya mengakui para pemainnya (yang juga masih perlu diakui FIFA), tapi tidak mengakomodasi klub-klub di LSI. Menambah masalah baru sungguh bukan keputusan bijak demi sepak bola Indonesia.

Tidak ada komentar: