Sabtu, 11 September 2010

Saatnya Bubarkan DPR

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilihan umum 2004 betul-betul perkasa. Bukan dalam arti yang sebenarnya, tapi sebaliknya. Mereka begitu perkasa memperjuangkan aspirasi kehendak pribadi dan golongan. Setelah gagal meloloskan laptop aspirasi disusul dana aspirasi Rp. 15 milyard per orang, lantas rumah aspirasi dan sekarang mereka bergerak ke gedung aspirasi. Besok aspirasi mobil pribadi, bis aspirasi, kereta aspirasi bahkan bisa jadi setelah gedung baru selesai dibangun, mereka akan mulai merancang membeli pesawat pribadi aspirasi. Why not ?
Gedung aspirasi teranyar DPR yang menghabiskan dana Rp. 1,6 triliyun, justru harus kita syukuri sebagai buah dari keberhasilan mereka mengemban amanat rakyat. Tapi tunggu dulu, rakyat yang dimaksud bukan publik kebanyakan, tapi rakyat yang ada dikelompoknya masing-masing.
Ketulian mereka mendengar masukan, kritik, ocehan bahkan makian dari publik, bukan sesuatu hal yang menakutkan. Sejuta alasan mereka karang demi mempertahankan nafsu aspirasinya. Inilah tingkat keberhasilan gemilang yang mereka raih sebagai wakil rakyat.
Mengikuti logika berfikir mereka memang menyakitkan. Disaat rakyat sedang kesusahan menghadapi gilanya harga-harga sembako, rumitnya membayar pengobatan, mahalnya dunia pendidikan, mereka justru sedang berlimpah materi.
Rakyat diminta keliru dalam melihat dan menilai setiap langkah DPR yang penuh manipulatif itu. Publik diminta mengerti bahwa kinerja mereka sungguh berat. Buktinya, dari target 70 rancangan undang-undang yang diharapkan selesai kurun waktu 2010 ini, hanya 7 rancangan undang-undang yang berhasil mereka garap menjadi undang-undang. Hebat bukan ?
Belum lagi sering bolosnya DPR dalam setiap sidang-sidang, jangan diartikan mereka sebagai buah kemalasan, tapi hendaknya diartikan sebagai kesibukan yang luar biasa dalam rangka mengurus kepentingan rakyat. Kesibukan itu semisal plesiran ke luar negeri, santai di cafe, merancang kesepakatan politik dengan lawan politik atau membuat skenario meloloskan seseorang menjadi meraih jabatan strategis dan lain-lain. Lantas, kalau sudah sibuk, kenapa susah-susah mau jadi anggota parlemen?
Publik juga diminta mengerti bahwa DPR serba butuh duit yang harus dibayar oleh APBN. Kemewahan yang ditampilkan anggota DPR juga harus kita anggap wajar. 
Wajar sebab pada priode kampanye lalu, mereka mengeluarkan cost yang tidak sedikit dan tentunya, cost itu harus segera dikembalikan ketempatnya masing-masing. Setelah cost itu kembali, tinggal dipikirkan bagaimana memadati kocek pribadi untuk biaya pemilu yang akan datang. Jadi pantaslah bila kita katakan, mereka begitu hebat luar biasa.
Satu lagi keperkasaan mereka bisa dilihat pada masa kampanye lalu. Wuihhh....hebat benar mereka teriak-teriak memperjuangkan kepentingan rakyat diatas segala-galanya. Janji dulu, saat ini cuman menjadi kenangan manis yang akan terulang kembali di pemilu nanti. Apakah konstituen mereka akan lari?
Belum tentu. Anggota DPR hafal betul, karakteristik bangsa Indonesia yang pemaaf dan pelupa, memudahkan langkah mereka maju kembali dalam pemilu yang akan datang. Konstituen dengan mudah dibujuk untuk memilih kembali dengan iming-iming materi yang tidak seberapa. Toh anggota DPR paling jago berkilah, mahir membuat sejuta alasan.
Bila sudah begitu, pantaskah DPR saat ini dipertahankan ? Lebih baik dibubarkan saja, karena tidak membawa manfaat bagi rakyat. Buat apa mempertahankan sekelompok orang-orang opurtunis yang akan mencederai cita-cita luhur founding father pendiri negara ini. Yang terpenting adalah, menghindari kehancuran bangsa ini dimasa yang akan datang akibat kinerja yang tidak becus itu.     







what is something true made up words that i must say to you...

Tidak ada komentar: