Foto : Upacara kematian David Tseng yang masih hidup
TAIPEI - Upacara pemakaman selalu digelar untuk mereka yang sudah meninggal dunia. Namun di Taiwan, upacara kematian juga digelar bagi seseorang yang masih hidup.
Ungkapan pujian, nyanyian, tangisan, dan saling peluk tampak pada upacara kematian seseorang bernama Davin Tseng. Tidak ada yang berbeda dengan upacara kematian lainnya, kecuali Tseng yang masih hidup.
Tseng kini berumur 25 tahun. Namun dia terpaksa duduk di atas kursi roda karena menderita penyakit otot yang tidak dapat disembuhkan, dan membuatnya lumpuh sejak masih kecil.
"Saya tidak tahu berapa hari lagi yang harus dilalui. Jadi saya menggelar sebuah 'pemakaman hidup' untuk diri saya sendiri, guna mengumumkan keinginan terakhir untuk mendonasikan tubuh saya untuk studi medis," kata Tseng, yang dikutip dari Straits Times.
'Pemakaman hidup' biasanya dilakukan oleh orang Taiwan yang menderita sakit parah.
Tseng, dari kota sebelah selatan Kaohsiung, menyampaikan ucapan selamat jalan kepada keluarga serta 100 dokter dan pelajar pada September lalu, di sebuah sekolah medis yang akan menerima tubuhnya ketika meninggal.
"Saya mungkin tidak hidup lama, namun saya memiliki teman dari keluarga dan banyak orang yang peduli. Saya menyelesaikan kuliah dan menulis sebuah buku. Saya tidak hidup dengan sia-sia," kata Tseng yang disambut tangis ibunya.
Ungkapan pujian, nyanyian, tangisan, dan saling peluk tampak pada upacara kematian seseorang bernama Davin Tseng. Tidak ada yang berbeda dengan upacara kematian lainnya, kecuali Tseng yang masih hidup.
Tseng kini berumur 25 tahun. Namun dia terpaksa duduk di atas kursi roda karena menderita penyakit otot yang tidak dapat disembuhkan, dan membuatnya lumpuh sejak masih kecil.
"Saya tidak tahu berapa hari lagi yang harus dilalui. Jadi saya menggelar sebuah 'pemakaman hidup' untuk diri saya sendiri, guna mengumumkan keinginan terakhir untuk mendonasikan tubuh saya untuk studi medis," kata Tseng, yang dikutip dari Straits Times.
'Pemakaman hidup' biasanya dilakukan oleh orang Taiwan yang menderita sakit parah.
Tseng, dari kota sebelah selatan Kaohsiung, menyampaikan ucapan selamat jalan kepada keluarga serta 100 dokter dan pelajar pada September lalu, di sebuah sekolah medis yang akan menerima tubuhnya ketika meninggal.
"Saya mungkin tidak hidup lama, namun saya memiliki teman dari keluarga dan banyak orang yang peduli. Saya menyelesaikan kuliah dan menulis sebuah buku. Saya tidak hidup dengan sia-sia," kata Tseng yang disambut tangis ibunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar