Seorang bapa pulang ke rumah dalam keadaan letih disambut baik oleh
anaknya yang berusia 7 tahun. Sambil mengangkat briefcase ayahnya, si
anak itu bertanya kepada ayah….. Anak: Ayah… ayah.. boleh Amin tanya satu pertanyaan?
Ayah: Hmmm…. nak mau tanya apa?
Anak: Ayah… berapa pendapatan ayah sejam di pejabat?
Ayah: Itu bukan urusan kamu, buat apa sibuk-sibuk kamu tanya?
Si ayah mula melengking.
Anak: Amin mau tahu saja ayah… Tolonglah beritahu berapa
pendapatan ayah sejam di pejabat?
Si anak mula merayu pada ayahnya.
Ayah: 20 ringgit sejam.. Kenapa mau tahu? Jerkah ayahnya lagi.
Anak: Oh..20 ringgit..
Amin menundukkan mukanya.
Anak: Ayah.. boleh tidak Amin pinjam 10 ringgit dari ayah?
Si ayah mulai menjadi berang dan berkata, “Oh, itu sebabnya kamu
tanya berapa pendapatan ayah? Kamu mau buat apa dengan uang itu?
Minta sampai 10 ringgit?
Mau beli mainan lagi?? Ayah Capai - capai kerja cari duit, kamu mau tinggal
senang-senang dan berfoya foya ya.. Sudah, pergi masuk kamar.. tidur!
Sudah Jam berapa nih…!!”
Si anak itu terdiam dan perlahan-lahan dan dia kembali ke kamarnya.
Si ayah duduk di sofa sambil memikirkan mengapa anaknya yang sekecil
itu meminta uang sampai 10 ringgit. Kira-kira 2 jam kemudian, ayah
kembali tenang dan terfikir kemungkinan besar anaknya benar-benar
memerlukan
uang untuk keperluan di sekolah kerana anaknya tak pernah meminta
uang sebegitu banyak sebelumnya.
Dengan perasaan bersalah, si ayah melangkah menuju ke kamar
anaknya. Didapati anaknya masih belum tidur. “Kamu benar-benar
memerlukan 10 ringgit? Nah.. ambil ini” Si ayah mengeluarkan selembar
uang kertas merah. Si anak itu segera bangun dan tersenyum girang.
“Terima kasih banyak ya ayah!”Lalu dia mengangkat bantalnya dan mengeluarkan selembar uang 10
ringgit yang sudah kusut terhimpit oleh bantal.
Meliahat uang itu, si ayah kembali berang. “Kenapa kamu minta
uang lagi sedangkan kamu
sudah ada uang sebanyak itu?? Dan dari mana kamu dapat uang itu??”Amin menunduk… tak berani dia melihat ayahnya.
Sambil menggenggam keras uang itu, dia menerangkan. ….”Uang ini Amin
kumpulkan dari
uang sekolah yang ayah berikan setiap hari. Amin minta lagi 10 ringgit
dari ayah sebab uang Amin tak cukup…”
“Tak cukup untuk beli apa??”
Jerkah ayahnya lagi.
“Ayah…. sekarang Amin sudah ada 20 ringgit..
Nah.. ayah ambil uang ini. Amin mau beli sejam dari masa ayah di
pejabat
itu untuk besok. Amin mau ayah
pulang kerja lebih awal besok. Amin rindu makan malam dengan ayah..”
Jelas Amin tanpa memandang wajah ayahnya…
Moral:
Bagilah cerita ini dengan siapa saja yg anda suka tapi.. yang penting
sekali, berbagilah 20 ringgit itu bersama2 dgn insan
yang
anda sayangi. Ini hanyalah setitik peringatan kepada siapapun yang
bekerja keras sepanjang hidupnya.. yang bekerja hingga jarang pulang ke keluarganya… atau
siapa saja yang selalu sibuk dan sibuk terus, tak ada waktu yang tidak sibuk…
Jangan biarkan masa berlalu begitu saja tanpa dinikmati bersama2
dengan mereka2 yang begitu dekat dengan kita.. yang senantiasa berada
di hati kita..
Bayangkan… bila kita terlalu bekerja keras… kalau kita mati.. pihak perusahaan
dengan senang hati akan mencari orang lain.. untuk menggantikan kita.
Tapi.. keluarga, rekan2 yang dekat dengan kita yang kita tinggalkan di dunia ini pasti akan
berasa suatu kehilangan
sepanjang hidup mereka… dan tanpa kita sadari kita membuang waktu untuk bersama mereka karena kita terlalu sibuk dengan pekerjaan.. sibuk dan sibuk terus.. Fikirlah… selama ni… apa yang telah kita lakukan
untuk keluarga kita?.. untuk insan yang kita sayang?
Ingat "Kekayaanmu yang sejati adalah apa adanya dirimu, bukan apa yang dirimu miliki"..
Gie Alfonsin
Giealfonsin.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar