Sangatta (ANTARA News) - Persaudaraan Etnis Nusantara (Pena) mengkritik aktivitas penambangan PT Kaltim Prima Coal di PIT J yang diduga mengakibatkan kerusakan jalan negara lintas Kalimantan Timur di Kilometer 10, Desa Gembara, Sangatta Utara, Kutai Timur.

Ketua LSM Pena Kabupaten Kutai Timur Alek Bajo di Sangatta, Kamis, mendesak Pemkab Kutai Timur mengambil sikap tegas dan memperingatkan perusahaan pertambangan batu bara itu agar tidak merusak kondisi jalan nasional lintas Kaltim.

"Pemkab Kutai Timur khususnya Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) mengambil sikap tegas dan memberikan peringatan terkait kondisi jalan yang berubah akibat dorongan lumpur dari PIT J," katanya.

Menurut Alek Bajo yang juga Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kutai Timur, saat ini KPC telah membuat jalan alternatif sebagai pengganti jalan yang rusak akibat tekanan lumpur yang diperkirakan jutaan meter kubik itu, tetapi tetap saja jalan rusak.

Ia menambahkan, Pemkab Kutai Timur melalui dinas terkait, seperti Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertambangan dan Dinas Perhubungan tidak boleh hanya melihat kondisi tersebut, tetapi harus saling berkoordinasi sehingga tidak berdampak buruk terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Kritikan sama juga dikatakan Ketua LSM Pekutim, Alim Bahri, bahwa kerusakan jalan lintas Kaltim di Kilometer 10 akibat dari dorongan lumpur penambangan yang dilakukan PT Kaltim Prima Coal (KPC).

"Saya laporkan masalah ini ke Dinas Lingkungan Hidup, agar turun langsung melihat kondisinya, karena jangan sampai akibat luapan lumpur ini menimbulkan masalah di kemudian hari," kata Alim Bahri.

Sedangkan Manajer Departmen Lingkungan PT KPC, Chandra Nasution, menjelaskan naiknya permukaan jalan negara karena dorongan lumpur tambang batu bara.

"Naiknya permukaan jalan ini memang karena dorongan lumpur tambang. Tapi kami akan berusaha melakukan perbaikan, sampai jalan ini jadi dan berfungsi seperti semula," kata Chandra kepada rombongan Dinas Lingkungan Hidup Pemkab dan LSM yang turun ke lokasi, Rabu (18/4).

Menurut Chandra, dirinya tidak ada wewenang menjawabnya penyebab lumpur yang mendorong jalan negara, tetapi diakuinya perusahaan telah membuat jalan alternatif sementara agar lalu lintas masyarakat tidak terganggu.

"Kami bekerja selama 24 jam tanpa istirahat memperbaiki jalan ini, KPC menyiapkan dua alat excavator dan delapan unit dumtruk serta tiga unit pompa air dan lumpur untuk menjaga dan mengembalikan lumpur ini ke tambang," katanya.